Pedoman Penulisan Fonetik Bahasa Aceh

Penulisan fonetik dalam bahasa Aceh terbagi menjadi vokal, vokal sengau, diftong, dan konsonan.

Kegigihan Sang Teuku Umar dalam Memperjuangkan Kemerdekaan

Bagi penggemar sejarah tentu anda akan tertarik untuk membaca buku ini, sebagaimana buku ini mengisahkan tentang berbagai peristiwa panglima aceh dalam memperjuangkan kemerdekaan...

Kebangkitan Bahasa dan Sastra Aceh

Harian Serambi Indonesia edisi, Jumat 16 Desember 2022 merilis berita dengan judul Mulai Dari Pemanfaatan Pangan Lokal Hingga Makna ‘Rateb Doda Idi’

Hermeneutika dan Positivisme Logis

Filsafat telah membawa perubahan yang begitu penting dalam dunia pendidikan.

Bengkel Sastra: Mencetak Calon Pujangga

Oleh Rahmad Nuthihar 

Sebanyak 30 siswa yang berasal dari sekolah menengah pertama di Kota Banda Aceh dipertemukan dalam satu forum. Kedatangan putra-putri pilihan dari sekolah tersebut bertujuan mendalami penulisan puisi dalam forum bengkel sastra yang dilaksanakan oleh Balai Bahasa Provinsi Aceh. Bengkel sastra penulisan puisi, diampuh oleh dua narasumber, yakni penulis sendiri (Rahmad Nuthihar) dan Hidayatullah. 

Pelatihan penulisan puisi berlangsung selama 4 pertemuan yang mana pertemuan pertama dilaksanakan pada bulan Ramadan. Kegiatan dijeda setelah libur Idulfitri dan dilanjutkan kembali pada tanggal 20 April dan akan ditutup pada 27 April 2024. Meskipun baru berlangsung selama tiga kali pertemuan, bakat sebagai pujangga sudah mulai terlihat dari putra-putri yang berdomisili di Provinsi Aceh. Puisi-puisi yang disusun oleh pelajar ini sudah mulai terlihat puitis. Pemilihan kata, majas, serta amanat yang terkandung dalam puisi yang mereka susun tidak kalah menarik dengan puisi yang dimuat di media massa. 


Gambar artikel yang dimuat di Waspada

Sesuai dengan pilihan kata berupa ‘bengkel’ tempat melakukan suatu kegiatan dengan arah dan tujuan yang pasti (KBBI), dalam kegiatan ini menitikberatkan pada keterampilan menulis. Narasumber hanya memberikan materi pada pertemuan pertama. Selanjutnya, pelatihan difokuskan membedah puisi yang disusun oleh para siswa. Tidak hanya narasumber yang memberikan masukan, para siswa lainnya juga diberikan kesempatan guna memberikan kritik ataupun saran yang konstruktif terkait puisi yang ditulis oleh temannya. 

Pelatihan didesain mengedepankan suasana keakraban. Walaupun antara narasumber dan peserta terpaut usia puluhan tahun, peserta dipersilakan memanggil narasumber dengan sapaan Kak, Bang, ataupun Abang. Hal ini dilakukan guna menghilangkan sekat jarak dan berorientasi pada luaran yang dihasilkan berupa puisi. 

Setiap puisi yang telah disusun tidak luput dari pembahasan yang dilakukan. Narasumber juga meminta para peserta agar mengutamakan etika menulis. Narasumber melarang para peserta menciplak ataupun plagiat terhadap karya orang lain. Hal itu disebabkan tindakan plagiat merupakan perilaku tercela yang berdampak negatif serta membekas bagi individu ke depannya. Jika puisi yang ditulis oleh siswa ini terlihat bagus, pertama kali yang ditanyakan apakah benar itu karya sendiri? Untuk memastikan karya tersebut orisinal, penggalan bait puisi dimasukkan di Google guna ditelusuri kepemilikan asli puisi tersebut. Narasumber memotivasi “Sejelek-jeleknya karya adalah mirik sendiri bukan berbangga hati dengan karya bagus punya orang lain. 

Keaslian tulisan sangat diutamakan dalam bengkel sastra ini. Karya para peserta ini nantinya akan dibukukan serta diterbitkan dalam bentuk antologi. Validasi karya dan bebas dari jiplakan harus menjadi penilaian utama dalam menyortir puisi yang ditulis oleh siswa. Hal ini diperlukan agar terhindar permasalahan di kemudian hari. 

Menulis puisi bukan sekadar merangkaikan kata agar indah dan menarik dibaca. Puisi yang haruslah dikonstruksi dari unsur kebahasaan dan unsur intrinsik. Merujuk pada teori Waluyo, unsur kebahasaan puisi meliputi (1) pemadatan makna, (2) pilihan kata, (3) kata konkret, (4) pengimajinasian, (5) irama, dan tipografi. Selanjutnya, dari unsur intrinsik sebuah puisi haruslah dibangun dari (1) tema, (2) nada dan suasana (3), perasaan, dan (4) amanat. Kedua  unsur pembangun puisi tersebut merupakan fondasi agar konstruksi puisi benar-benar bernilai sastra.  

Peningkatan Literasi 
Bengkel sastra merupakan program Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdikbudristek. Kegiatan ini dilangsungkan oleh setiap Balai/Kantor Bahasa yang terdapat di tiap provinsi. Merujuk pada buku Pedoman Bengkel Sastra dan Apresiasi Sastra, bengkel sastra terdiri atas penulisan puisi, penulisan pantun, penulisan prosa, penulisan drama, dan penulisan skenario film pendek. Dengan adanya bengkel sastra diharapkan minat masyarakat dalam berkarya sastra dapat ditingkatkan dan selanjutnya tumbuh apresiasi masyarakat terhadap karya sastra (Kemdikbud, 2017). 

Peserta yang telah mengikuti bengkel sastra diharapkan terus mendapat pembinaan dan kesempatan terutama dari pihak sekolah. Hal ini dilakukan dengan mengikutsertakan para alumni bengkel sastra dalam berbagai perlombaan ataupun festival, baik yang diselenggarakan oleh umum ataupun pemerintah dalam skala nasional. Dengan adanya hal ini, diharapkan peserta yang telah mendapatkan pelatihan dalam kegiatan bengkel sastra dapat menjadi katalisator bagi siswa lainnya untuk berkarya. 

Menulis karya sastra diharapkan menjadi hobi bagi para remaja. Keterampilan menulis sangat berkaitan erat dengan kemampuan literasi sebagaimana saat ini diasesmennasionalkan. Berdasarkan rilis kemdikbud pada Desember 2023 disebutkan bahwa untuk literasi membaca, peringkat Indonesia di PISA 2022 naik 5 posisi dibanding sebelumnya. 

Sesuai dengan Rapor Pendidikan Indonesia, disebutkan bahwa hasil asesmen nasional untuk literasi diperoleh jenjang SD/MI/sederajat kategori literasi sedang dengan peroleh 61,53% murid memiliki kompetensi literasi di atas minimum, naik 8.11 dari 2021 (53.42%). Kategori sedang juga berada pada jenjang SMP/MTs/sederajat 59,00% murid memiliki kompetensi literasi di atas minimum, naik 7,63 dari 2021 (51,37%), dan jenjang SMA/SMK/sederajat 49,26% murid memiliki kompetensi literasi di atas minimum, turun 4,59 dari 2021 (53,85%) (Kemdikbudristek, 2023). 

Berdasarkan hasil asesmen tersebut dibuktikan bahwa peningkatan literasi harus dilakukan untuk mencapai kategori Baik. Jenjang SMA/SMK/sederajat justru mengalami penurunan sehingga optimalisasi harus dilakukan mulai dari jenjang sebelumnya. Oleh karena itu, bengkel sastra diharapkan menjadi salah satu alternatif program untuk mencapai dan meningkatkan kompetensi literasi. 

Terakhir, karya sastra puisi bukan sekadar teks dengan peruntukkan dibaca. Puisi yang bagus dapat disajikan dalam bentuk musikalisasi, visualisasi, ataupun dinyanyikan. Kita berharap dengan adanya bengkel sastra ini akan lahir para pujangga muda yang nantinya mendunia dan membuat Indonesia bangga. Hal ini didukung dengan status Bahasa Indonesia resmi menjadi bahasa internasional UNESCO.  
Rahmad Nuthihar, PNS Dosen Kemdikbudristek unit kerja Akademi Komunitas Negeri Aceh Barat

Dipublikasikan pada Waspada edisi 23 April 2024
Share: