Pedoman Penulisan Fonetik Bahasa Aceh

Penulisan fonetik dalam bahasa Aceh terbagi menjadi vokal, vokal sengau, diftong, dan konsonan.

Kegigihan Sang Teuku Umar dalam Memperjuangkan Kemerdekaan

Bagi penggemar sejarah tentu anda akan tertarik untuk membaca buku ini, sebagaimana buku ini mengisahkan tentang berbagai peristiwa panglima aceh dalam memperjuangkan kemerdekaan...

Kebangkitan Bahasa dan Sastra Aceh

Harian Serambi Indonesia edisi, Jumat 16 Desember 2022 merilis berita dengan judul Mulai Dari Pemanfaatan Pangan Lokal Hingga Makna ‘Rateb Doda Idi’

Hermeneutika dan Positivisme Logis

Filsafat telah membawa perubahan yang begitu penting dalam dunia pendidikan.

Jejak Kerajaan Islam di Gampong Pande



Matee ma meupat jeurat, mate adat hana teupat mita

Sebuah situs sejarah yang luput dari amatan publik yakni Gampong Pande di Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh. Di tempat itu kini terpampang prasasti penetapan hari jadi Kota Banda Aceh. Gampong Pande merupakan cikal bakal ibu kota Provinsi Aceh.

Dalam beberapa naskah seperti Atjeh-Nederlandsch Woordenboek (Kamus Aceh-Belanda) Jilid Pertama menyebutkan bahwa lingkungan istana itu disebut dengan Kampong Pandee atau lengkapnya Gampong Pande Meunasah Kandang.

Lingkungan Istana itu mencakup Gampong Jawa, Pande, Peunayong, Lambhuk, Leung Bata, Lamseupeung, Ateuk, Batoh, Baro, Keudah, Pasar Meuseujid Raya dan Peulanggahan.

Ketua Atjeh Ethnic Institute Haekal Afifa mengemukakan, dalam naskah silsilah Kesultanan Aceh yang terdapat di University Malaysia, Gampong Pande itu merupakan pusat penyebaran Agama Islam pada tahun 510 H (1116 M).

Penyebaran itu dipimpin ulama besar Syaikh Abdurrauf Tuan Syaikh Bandar al Muqallab Tuan di Kandang dan putranya bernama Sultan Johan Syah yang menjadi raja di Gampong Pande

Ketika penaklukan Dinasti Liang oleh Meurah Johan dan Tgk Chik Lampeuneu"eun (Syiah Hudan/Syech Abdullah Kan"an) di Bandar Lamuri, Pusat Kerajaan Islam Lamuri dipindahkan Meurah Johan ke dekat Kuala Alue Naga.

"Sebenarnya Gampong Pande itu bukan satu tempat saja, tetapi mencakup dalam lingkungan istana. Jadi tidak heran jika ada beberapa tempat namanya juga Gampong Pande," kata Haekal Afifa.

Gampong Pande menjadi pusat kerajaan dibangun oleh Sultan Johan Syah setelah berhasil menaklukkan Kerajaan Hindu/Budha Indra Purba dengan ibukotanya Bandar Lamuri.

Beberapa catatan menyebutkan Kota Lamuri adalah "Lam Urik" yang sekarang terletak di Aceh Besar. Akan tetapi, menurut Dr NA Baloch dan Dr Lance Castle, yang dimaksud dengan Lamuri adalah Lamreh di Pelabuhan Malahayati (Krueng Raya sekarang).

Sedangkan istananya dibangun di tepi Kuala Naga (kemudian menjadi Krueng Aceh) di Gampong Pande sekarang ini dengan nama "Kandang Aceh".

Banyak Arkeolog meneliti di Gampong Pande. Bahkan banyak makam-makam yang sudah tertanam lumpur. Salah satu makam Sultan Firman Syah, cucu Sultan Johan Syah.

"Ada banyak peninggalan sejarah yang terdapat di Gampong Pande. Mungkin ribuan makam-makam sudah tertanam lumpur. Mungkin, jika diperhatikan hanya Makam Tuan di Kandang yang mendapat perawatan," katanya.

Sejarah juga membuktikan bahwa Kerajaan Islam pertama dan tertua di Asia Tenggara terdapat di Aceh. Tapi, kerajaan tertua dan pertama bukan di Gampong Pande.

Dalam beberapa literatur, Meurah Johan (pembangun Kerajaan Aceh Darussalam) dan Tgk Chik Lampeuneu"eun berasal dari Kerajaan Islam Peureulak. Jadi tidak mungkin jika dikatakan di Gampong Pande merupakan kerajaan Islam pertama.

Untuk terus dikenang hingga akhir masa, tentulah situs sejarah Gampong Pande perlu dilestarikan dan dijaga keasliannya. Terutama situs Islam di Gampong Pande yang sudah hampir terkikis, batu nisannya banyak berserakan dan terbuang ditambak.

"Pemerintah punya konsep bagaimana membangun kota budaya, bukan malah menghancurkan situs budaya dan sejarah lalu membangun kosmopolitan yang tidak punya nilai apa-apa untuk orang Aceh," ungkap Haekal Afifa .

Di luar Aceh, orang menganggap sejarah Aceh sebagai dongeng, karena kita tidak bisa merawat, menulis kembali dan membuktikan sejarah.

Oleh karena itu, kita perlu filter yang kuat untuk memisahkan bukti sejarah yang ditulis oleh orientalis-orientalis asing guna melihat sejarah yang sebenarnya dan jauh dari kepentingan asing. (Rahmad-Nuthihar, dimuat di Autobisnis, Edisi ke-du)

Share:

UKM Pers FKIP Unsyiah Gelar Workshop Jurnalistik


BANDA ACEH - Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FKIP dan UKM Pers SIDIK FKIP Unsyiah akan melaksanakan workshop jurnalistik dengan tema “Peranan Jurnalistik Terhadap Dunia Pendidikan” di Taman FKIP Unsyiah, Senin, 28 Mei 2012 mendatang.
Ketua Panitia Rahmad Nuthihar, melalui rilis yang diterima The Atjeh Post mengatakan bahwa acara tersebut dibuat untuk menambah pengetahuan mahasiswa FKIP tentang peranan media sangatlah besar terhadap dunia pendidikan.
“Di Aceh banyak media baik cetak maupun yang online, kita berharap di media tersebut memiliki kolom khusus untuk pendidikan seperti yang ada di beberapa media lokal,” kata Rahmad.
Untuk pembicara, panitia akan menghadirkan beberapa pemateri senior dari media masa lokal di Aceh seperti dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Serambi Indonesia dan Harian Aceh.
Ketiga pembicara akan menyampaikan materi yang berbeda mengenai sejarah lahirnya media di Indonesia, permasalahan wartawan dalam meliput, peranan media untuk dunia pendidikan dan tentang teknik-teknik penulisan berita.
Selain itu, kata Rahmat kegiatan itu tidak dipungut biaya, mahasiswa hanya perlu mendaftar ke Sekretariat DPM FKIP Unsyiah. 
Sementara itu, ketua DPM FKIP Fakhrurrazi, mengatakan bahwa acara tersebut dibuat guna mempercepat legalitas terbentuknya UKM Pers Sidik Unsyiah, yang saat ini belum juga keluar SK Dekan FKIP.
“Kita berharap acara ini mampu memberikan pencerahan kepada mahasiswa FKIP dan juga mempercepat penandatanganan SK berdirinya UKM Pers SIDIK Unsyiah, karena peran media dalam mendongkrak dunia pendidikan sangat besar,” kata Fakhrurrazi.[]

Share:

Pentingkah Panwaslu ?


Pentingkah Panwaslu ?
Dimuat di Harian Aceh

Oleh Rahmad Nuthihar
Mahasiswa pendidikan bahasa dan sastra Indonesia unsyiah

Panitia pengawas pemilu (Panwaslu), adalah sebuah lembaga yang memegang peranan penting ketika berlangsungnya Pilkada. Kehadiran Panwaslu seyogiyanya diperuntukkan untuk menanggulangi berbagai kecurangan yang dilakukan oleh para kandidat sebelum masa kampanye. Pelanggaran yang dilakukan para kandidat dewasa kali ini tidak pernah habis dibicarakan dalam berbagai media cetak ataupun online di Aceh. Sabtu 4/3 ketika berlangsunya peluncuran buku dan video pemilukada yang dilakukan oleh The International Republican Institute (IRI). Komentar tajam diterima oleh ketua Panwaslu Nyak Arif Fadilla. Dalam rapat yang berlangsung di Hermez Palace Hotel.

Seorang wanita perwakilan dari GERaK Aceh menuding Panwaslu, kometarnya itu berisi “Ada tidak adanya Panwaslu sama sekali tidak berarti apa-apa dalam hal pemilukada.”ucap wanita itu.  Komentar tersebut menjadi cambuk bagi Panwaslu dalam melakukan tugasnya, namun Nyak Arif Fadilla menyangkal, Panwaslu ini sendiri sangat berarti dalam berlangsungnya pemilukada. Tanpa adanya Panwaslu otomatis berbagai pelenggaran bebas tercipta di aceh.

Manusia tentunya punya kelemahan, keputusan yang dikeluarkan oleh Panwaslu sejalan dengan garis koordinasi dengan KIP, qanum yang ditetapkan oleh pihak Panwaslu, Nyak Arif Fadilla mengungkapkan. Peraturan yang sudah dikeluarkannya itu sama halnya dengan larangan merokok. Larangan itu tidak berarti apa-apa dan banyak orang yang juga nantinya setelah membaca peraturannya tetap juga menyulutkan tembakau.

Kisruh pun berlanjut hingga awal maret ini, “Panwaslu saat ini minim anggaran untuk menertibkan baleho dan spanduk para kandidat, sejatinya untuk mengantar surat kepada Satpol PP butuh anggaran,”(Harian Aceh).

Sangat sulit dipercaya dengan kenyataan yang kita dapatkan dilapangan. Sejauh ini Panwaslu merupakan bawahan banwaslu. Lembaga ini tentu mempunyai aliran dana yang melimpah, masak untuk akomodasi mengantar surat saja ianya tidak memiliki anggaran yang cukup.
Tugas dan wewenang Panitia Pengawas pemilu /  Pilkada keseluruhannya telah diatur  dalam pasal 66 ayat (4) Undang-undang Nomor 32 tahun 2004, pasal 108 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2005. Panwaslu ini mepunyai lima tugas pokok yang kerap kali di lupakan dalam menjalankan tugasnya.
Pertama. Mengawasi semua tahapan penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Tugas yang diembanya ini terbilang mudah dan tidak ada kesulitan sedikitpun dalam menjalankannya. Sebagai pengawas dibutuhkan wajar yang sangar dan ditakutkan oleh segelintir pihak. Dalam artian sempit ianya mampu menekan pihak mana yang melakukan kencurangan untuk diungkapkan serta di publish kemedia.  
Kedua. Menerima laporan pelanggaran peraturan perundang-undangan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Bila kita bertanya kepada diri sendiri sejauh mana laporan yang telah diajukan kepada pihak Panwaslu dan kemudian diungkap. Hingga saat ini kasus Panwaslu tidak ada kelanjutan sama sekali. Kinerja Panwaslu saat ini seperti sedang main kucing-kucingan. Dalam menjalankan tugasnya itu mereka harus bersembunyi dahulu untuk merealisasikan pekerjaannya.
Ketiga Menyelesaikan sengketa yang timbul dalam penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Dan keempat Meneruskan temuan dan laporan yang tidak dapat diselesaikan kepada Instansi yang berwenang. Untuk kasus yang satu ini, setelah ditelaah oleh Panwaslu terdapat pelanggaran atau tidak maka selanjutnya kasus ini akan dilimpahkan kepada pihak Gerakan Keamanan terpadu (Gakumdu). Unit kepolisian yang saat ini bertugas menerima laporan yang telah diajukan oleh Panwaslu untuk dilakukan penelaahan tahap lanjut.
Kelima Mengatur hubungan koordinasi antar Panitia Pengawas pada semua tingkatan. Dalam pembagian anggaran hal ini bisa berjalan sebagai mana jalur koordinasi. Panwaslu yang berangotakan lima orang tiap badan dan wilayahnya itu

Realisasi kerja
Dalam hal meneruskan temuan dan laporan yang termaktum dalam tugas dan wewenang Panwas Pilkada pada poin 4, kemudian dapat dibagi menjadi 3 kategori yakni :Temuan dan laporan yang mengandung unsur pidana, diteruskan kepada penyidik. Temuan dan laporan yang mengandung pelanggaran administrasi diteruskan kepada KPUD. Temuan dan laporan yang bukan mengandung unsur pidana dan bukan pelanggaran administrasi.  diteruskan kepada Instansi yang berwenang.
Dengan telah ditentukannya hal diatas,  secara jelas dan tegas tugas dan wewenang Panwas pada tiap tingkatan ada pedoman yang dijadikan pegangan dalam pelaksanaan tugas pengawasan Pilkada.
Pemilukada damai. Menjadi harapan dari semua pihak untuk memberikan suaranya itu kepada calon kandidat. Intimidasi ataupun tindakan represif kini tak lagi berlaku pada masa demokrasi . Berbeda halnya ketika masa orde baru yang bersifat represif untuk memberikan suara kepada orang tertentu.  Kedepan masyarakat Aceh benar-benar merasakan bahwa pesta demokrasi itu adalah hal yang telah lama mereka dambakan.
Panwaslu sendiri segera mengungkapkan berbagai pelanggaran yang dilakukan oleh para kandidat, meningat masa kampanye ini sendiri akan dilangsungkan pada tanggal 22 hingga 29 Maret 2012. Tak ada lagi pihak yang merasa dirugikan dengan adanya pesta demokrasi ini. Sejatinya kita mengetahi demokrasi ini berartikan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.


Share:

Saat Ayah dan Anak Kompak Mencuri Kambing

Dilma, 30, warga Desa Alue Naga Syiah Kuala, merasa heran. Tiga ekor kambingnya tidak pernah kembali ke kandang. Sang istri-pun kerap kali memaki dia perihal raibnya sang kambing.
Cuma satu kalimat yang istrinya pinta kepada Dilma. “Tolong cari tahu apa yang terjadi dengan kambing kita. Kalau misalnya terlindas mobil, pasti ada bangkainya. Namun kalau seperti ini, besar kemungkinan kambing kita diambil pencuri,” tutur Dilma sambil menyerupai suara sang istri.
Benar saja, Jumat (16/3), ketika orang banyak orang bergegas menunaikan sholat jum’at di mesjid. Dilma dengan malu-malu mengaku sengaja tidak menunaikan ibadah ‘haji kecil’ itu. Dia mengaku ingin menyelidiki siapakah pencuri kambing di desa mereka selama ini. Dilma-pun bergegas ke lokasi, dimana kambing-kambing miliknya biasa merumput. Disana, dia mengedap bak detektif di film-film action.
Tak lama misinya berjalan, tiba-tiba satu unit mobil scarlet dengan nomor polisi BL 759 KY berhenti tiba-tiba. Minubis berwarna merah itu parkir di sembarang tempat. Sedangkan para penumpang didalamnya seperti sedang mengamati sesuatu.
Dilma yang berada ditempat persembunyian-pun mulai curiga. Namun dia ingin menunggu waktu yang tepat guna memergoki pelaku. Apakah pemilik mobil itu benar sebagai pencuri kambing yang selama ini meresakannya warga Alue Naga, atau bukan.
“Saat itu, saya bersembunyi dibalik semak dan saya sudah curiga bahwa mobil itu adalah pencuri kambing yang selama ini,” papar dia lagi.
Kemudian secara tiba-tiba, seorang penumpang yang berpostur tubuh gemuk membukakan pintu mobil tadi. Pria itu berjalan ke arah kambing yang sedang merumput. Dengan gerak cepat, dia menangkap satu ekor diantaranya, serta menyeretnya ke mobil.
Dilma kaget luar biasa. Secara spontan dia keluar dari tempat persembunyian dan berteriak. “Maling…maling..malingg,” teriak dia.
Teriakan tersebut dia lakukan sambil berlari mengejar pria gemuk tadi. Tangannya memegang kayu balok dan mencoba menghantam kaca mobil. Sedangkan pria gemuk yang tak lain adalah pencuri tersebut, langsung mencoba menancap gas sekencang mungkin meninggalkan tempat kejadian perkara.
Naas, teriakan Dilma tadi, rupanya di dengar oleh beberapa penduduk setempat. Dilma dibantu sejumlah warga, kemudian langsung mengejar pelaku. Aksi kejar-kejaran gaya Jackie Chen-pun terjadi di Alue Naga pada Jum’at yang terik.
Kempulan asap hitam yang keluar dari knalpot mobil tua pencuri tadi, cukup menambah sisi dramatis cerita Dilma. Dia bersama seorang warga menaiki motor untuk mengejar pelaku. Sayangnya, maling ini pun tidak mau menghentikan laju mobilnya itu.
Lagi-lagi naas, mobil pencuri ternyata kehabisan bensin, tepat sebelum tiba di Jembatan Alue Naga. Oleh warga setempat, mereka langsung dijadikan sasak tinju. Sedangkan para pencuri tadi, balas melawan dengan menghajar penduduk. Seorang warga mengaku mendapat pukulan balasan dari pencuri tadi.
“Pencuri ini juga membalas pukulan kami dan saya terkena tamparan oleh pria pencuri,” kata Agam, salah seorang warga yang mengejar pencuri.
Karena jumlah warga lebih banyak dari pencuri ini. Akhirnya, duet tadi-pun duimenangkan oleh Dilma Cs. Sang pencuri ini pun bisa ditaklukan. Tubuh pencuri tadi terlihat memar dan penuh luka saat digiring ke Mapolsek Syiah Kuala. Dilma sempat mengaku merasa kasihan untuk memukulinya lebih parah lagi.
“Kalau kami tidak ada pengertian, mungkin pencuri itu sudah mati kami pukul,” tandas Dilma.
Para pencuri tadi berjumlah empat orang. Mereka digiring oleh warga ke Kantor Polsek Syiah Kuala guna menghindari main hakim sendiri. Satu ekor kambing dan tali temali menjadi barang bukti, yang kini diamankan.
Sayangnya, Ketika Harian Aceh menanyai nama-nama para pelaku ini. Pihak kepolisian itu mengaku untuk saat ini dalam tahap pemeriksaan dan belum bisa di sebutkan namanya. “Kami masih mengolah BAP kemungkinan besok baru bisa kami paparkan namanya itu,” ujar seorang anggota kepolisian setempat.
Sedangkan Dilma, mengaku sangat kesal karena ulah para pencuri ini. Tidak hanya kambing manjadi incaran mereka. Tetapi sapi yang sudah ukuran besar-pun pernah mereka curi. “Pencuri itu ayah dan anak kandung. Kami mengharapkan mereka mendapat hukuman seberat-beratnya,” tutup Dilma. Rahmat Nuthihar
Share:

Mapala Fkip Buka Diksar Perdana



Unit kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) FKIP membuka kesempatan bagi mahasiswa FKIP untuk bergabung didalamnya, pendaftaran ini di buka dari tanggal 17 hingga 20 maret, Saiful Amri Ketua Mapala FKIP mengatakan , mahasiswa yang bergabung dengan mapala ini nantinya akan mengikuti pendidikan dasar selama dua hari. Hal ini diperuntukkan kepada angota mapala guna menumbuhkan rasa kepedulian terhadap lingkungan.

“Insya Allah, nantinya mapala akan mengadakan diksar selama dua hari,” kata saiful

Pendidikan mapala sangat dibutuhkan oleh mahasiswa sendiri mengingat saat ini, pengaruh global warming (pemanasan global) kian hari terus mendekat. Sebagai mahasiswa yang peduli terhadap lingkungan kegiatan mapala ini bermanfaat untuk hal tersebut.

Mapala Fkip sendiri terbentuk tahun 2011 silam dan hal intu merupakan inisiatif dari Saiful Amri dan beberapa rekan yang lainnya. Hal itu diungkapkan ketika bincang –bincang dengan harian aceh. saiful juga mengajak seluruh mapala di unsyiah untuk saling membantu terlepas dari kepentingan selintir pihak. 
Share:

Hikayat Malem Dagang / Diwa

SINOPSIS

Hikayat Malem Dagang menceritakan tentang perjuangan para pahlawan Aceh.Tersebutlah Sultan Iskadar Muda salah satu pahlawan yang diceritakan di dalam hikayat ini. Raja yang adil dan bijaksana sangat arif mengatur rakyat. Dalam hal menjalankan tugasnya Sultan Iskandar Muda tidak pernah membedakan status sosial. Dan tidak ada rakyat yang tidak menyukai dirinya ketika memerintahkan bumi Aceh. Negeri Aceh merupakan wilayah yang sangat luas diantaranya kota Banda Sebagai pusat ibukota. Sehingga Banyak para pendagang luar yang menggelarkan lapaknya untuk berjualan di Aceh. Semua hal yang diperlukan rakyat aceh bisa terpenuhi dengan adanya pedagang luar yang datang ke Aceh.
Jalur laut merupakan jalur alternafit pada masa itu untuk  melabuhkan kapal para pedagan ini. Diantara barang yang mereka datangkan antara lain berupa tembakau rempah – rempah dan bahan bangunan . sejak kedatangan para pedagang kehidupan rakyat hidup makmur dari timur hingga barat.
Kemakmuran rakyat aceh tersebar kemana – mana dan banyak anggapan dari mereka mengatakan karena sebuah agama yang mereka anut. sehingga membuat Putroe Phang dan Raja Raden datang ke Aceh untuk memeluk agama islam. Sebelumnya raja Raden dan Putroe Phang berasal dari Banang Malaka. Setelah memeluk agama islam Raja Raden menikahkan adiknya Putroe Phang dengan Sultan Iskandar Muda. Dan Raja Raden menikah dengan adiknya Sultan Iskandar Muda.  Tidak lama kemudian datanglah Raja Ujud dengan armada perangnya. Putri Pahang memerintahkan rakyatnya untuk menerima  Raja Ujud dengan upacara adat. Kedatangan dari Raja Ujud ingin membujuk abannya atau raja Raden untuk kembali pulang ke Malaka.  Namun, raja Raden tidak menyetujui ajakan dari Raja Ujud. Penyataan yang dilontarkan oleh raja Raden membuat Raja Ujud merasa Jengkel dan marah. Raja Raden menasehati Raja Ujud untuk tidak takabur karena sebelumnya sultan telah memberi izin untuk menguasai daerah Ladong, Peukan, dan Krueng Raya.
Raja Ujud Marah dan membumi hanguskan daerah Krueng Raya, terjadi perampokkan dan pembunuhan. Si Ujud menantang sultan untuk berperang di Malaka. Setahun sejak peristiwa itu, sebatang kayu tedampar di pantai dan sultan membuatnya menjadi sebuah kapal. Kapal itu yang akan menaklukan setiap negeri.  Kapal itu dilengkapi dengan 3 buah gendrang. 1 ditempatkan di haluan di beri nama akidatoi umu. Satu di Gulitan diberi nama Tulak Mara yang ditengah di beri nama Kasirah Hairan. sultan Memberi nama kapal itu dengan nama cakra donya ketika di tarik ramai – ramai kapal itu tidak bergerak setelah baginda meminta para ulama membaca doa baru kapal itu muncul.
Sultan meminta pendapat Putri Pahang dalam memburu si Ujud. Putri mengatakan ada 3 hal yang harus diperhatikan. Pertama arus di perairan malaka sangat deras. Kedua banyak lawan di Asahan. Ke tiga di laut Banang tidak boleh dibunyikan meriam karena ada wali yang bersemayam di tempat itu. Armada sultan berlayar di malaka melaui darat. di Sigli disambut rakyat Pidie dengan panglimanya Maharaja Indra.
Sultan memerintahkan supaya kapal perang Pidie mengikuti Cakra Donya dan melanjutkan ke Meurudu. Raja Pakeh mengatakan Sultan tidak mengangkat seorang hulu baling di Meurudu. Raja Pakeh diminta sultan supaya ikut ke Malaka. Anak negeri yang tidak ikut antara lain wanita. oleh sultan diberi modal menenun kain. Baginda melanjutkan perjalanan melalui Pedada. Peusangan juga mempunyai 5 kapal dan mengikuti cakra donya.  Akhirnya sultan tiba di Lhoksemawe. Raja Pakeh menceritakan asal usul nama lhoksemawe.
Tempat itu menjadi dalam karena pasirnya banyak diambil oleh Ibrahim Papa. Demikian pula nama  Paseh yang berasal dari nama seekor anjing kepunyaan Ibrahim Papa. Panglima Pidie Maharaja Indra tidak bersedia karena alasan tidak memiliki ahli family. Baginda mencalonkan Malem Dagang yaitu cucu raja Pakeh sendiri. Raja Pakeh sendiri tidak setuju karena ia masih sangat muda.  Dengan janji Malem Dagang akan diberi wilayah yang  meliputi Asahan. Malem dagang menanyakan pendapat panglima yang lain. Semua menunjuk Malem Dagang.  Raja pakeh pun memberi semangat perang suci melawan musuh agama.
Tiga hari tiga malam dalam pelayaran sampailah armada besar itu di Asahan. Negeri asahan diperintahkan oleh seorang raja yang belum beragama namanya Raja Muda. Banyak negeri yang ditaklukan dan banyak putri raja serta harta benda dirampasnya sultan memerintahkan Malem dagang untuk membuat negeri asahan akan dihadang. Malem dagang dagang mengatakan bahwa armadanya akan menuju negeri Johor. Meskipun telah disarankan oleh utusanya oleh armada supaya armada malem dagang jangan dihadang. Namun raja muda tetap tidak menyerah. Raja mengerahka pasukannya armada malem dagang ditembakknya selama 7 hari. Tetapi malem dagang dengan 900 kapal  perangnya dipimpin oleh malem dagang sendiri oleh raja raden dan panglima Pidie akhirnya benteng istana dapat ditaklukan pasukan raja muda kucar kacir malem dagang menawan permaisuri raja asahan yang bernama putri kemala donya.
Sesudah tiga hari tiga malam sultan menyarankan perjalanan tidak lanjutkan sebaiknya menunggu si Ujud dengan membangun benteng pulau weh. Tetapi malem dagang bertetap hati untuk melanjutkan pelayaran ke Malaka. Sesudah 7 hari permaisuri dilaut raja muda beserta rakyatnya turun dari gunung dan raja muda menjumpai malem dagang untuk menembus permaisurinya dengan harta benda.
Malem dagang menolak tebusan raja muda kemala donya akan dibalikan bila raja muda mau memeluk agama islam. Kemala sendiri sebenarnya ingin mengikuti malem dagang ke aceh setelah memeluk agama islam putrid kemala diminta malem dagang untuk mengikuti suaminya. Yang baru memeluk agama islam pulang ke Asahan.
Armada malem dagang melanjutkan perjalan selama 7 hari tibalah di Malaka. Kuala banang tempat mereka istirahat sultan mengingatkan malem Pakeh untuk tidak membunyikan meriam seperti yang sudah diperingatkan oleh putrid Pahang.
Pada suatu ketika mereka bertemu dengan ayah putri Pahang lalu dipertemukan dengan sultan. Ayah putri Pahang bersedia membantu sultan untuk memburu Ujud. Sesampai di  johor meriam dibunyikan, tetapi tidak balasan dari darat. Ternyata si Ujud sudah berangkat ke johor dalam rangka persiapan menyerang negeri aceh. Di pantai johor lama sultan membangun 7 buah benteng yang kokoh. Sesudah 17  bulan armada sultan di johor. Armada si Ujud muncul di laut penang. Malem dagang meminta izin kepada raja Pakeh untuk menyerang. Raja Pakeh untuk bersabar 2 tiga hari dan disuruh masuk kedalam kamar sembahyang dan membaca al qur’an.
Raja pakeh memerintahkan untuk memberitahukan kepada sultan di johor. Bahwa armada si Ujud sudah berada di kuala Banang. Malem dagang mohon izin dari sultan tetapi beliau menyerahkan hal itu semuanya kepada raja Pakeh. Sesudah raja pakeh member izin malem dagang memakai seragam perang. Meriamnya ke arah kapal – kapal si Ujud. Disusul raja raden dan panglima berpuluh – puluh kapal.
Pasukan si Ujud tidak menyangka bahwa yang menyerang pasukan dari aceh. Disangka seranganya itu datang dari banang sendiri. Si Ujud sendiri masih berada di negeri Goha. Sementara itu angkatan laut malem dagang terus menyerang. Dalam serangan itu raja Muduwenata tewas dan banyak kapalnya tenggelam. Sisanya sepuluh  buah kapal melarikan diri ke Goha. Tak lama kemudian si Ujud  mengetahui mertuanya meninggal. Demikian pula istrinya amat sedih mendengar ayahnya telah tewas. Si Ujud sangat marah dan segera menggerahkan seluruh rakyatnya untuk berlayar dan menuju laut banang.
Sampai disana mereka mengepung armada malem dagang dari segala jurusan. Malem  dagang berkerja sama dengan raja Pidie memimpin pertempuran. Bekar doa Je Pakweh tidak satu pun kapal Malem Dagang yang tenggelam. Sudah tiga bulan perang berkecamuk. Si ujud mulai kewalahan. Pasukannya lari dan hanya tinggal sebuah kapalnya. Si ujud berhadapan lansung dengannya. dengan pedang di tangan ia menantang malem dagang. Namun raja ujud kalah dan berhasil di tawan kemudian dirantai dan dibawa ke sultan.
Armada kapal sultan iskandar muda meninggalkan laut banang pulang ke aceh. Raja malaka mendengar kabar bahwa anaknya sudah menjadi tawanan ia pun melarikan diri bersama pengikutnya ke gunung. Sebulan lamanya sultan beristirahat di Asahan. Di pulau Ruja ujud dijatuhi hukuman mati tetapi tidak ada senjata yang menghabiskan nyawanya. Si ujud sendiri memberitahukan bahwa ia akan mati dnegan dimasukkan timah panas ke dalam mulutnya. Dengan cara itulah raja johor dari Guha Meninggal. Semua pasukan pulang ke tempatnya masing – masing dan baginda merasa sangat puas depat mengalahkan musuhnya.

1.       TEMA : Perperangan
2.       AMANAT : bersikap takabur tidak hanya akan merugikan diri sendiri.
 Di atas langit masih ada langit yang membentang karena tidak ada kekuatan yang bisa mengalahkan kekuatan Allah.
3.       TOKOH
·         Tokoh Utama
-          Sultan Iskandar Muda
-          Raja Raden
-          Raja Si Ujud
-          Malem Dagang
-          Ja Pakeh
·         Tokoh Bawahan
-          Putri Pahang
-          Maharaja Indra
-          Raja Muda
-          Putri Keumala Donya
-          Raja Modeulikah
-          Raja Malaka

4.       PENOKOHAN
·         Sultan Iskandar Muda : tegas, setia, bijaksana, adil
·         Raja Raden : tetap pendirian,
·         Raja Si Ujud : licik, egois, jahat, serakah,
·         Malem Dagang : pemberani,
·         Ja Pakeh : taat beribadah, mendalami ilmu agama,

5.       ALUR : Alur Campuran

6.       LATAR/SETTING

Ladang krueng raya, Pidie, Meurudu, Pesangan, Lhok semawe, Jambu Aye, Asahan, Malaka, Kuala Banang, Johor Lama, Pulau We, diatas Kapal, Istana, Pulau Huja.

7.       Sudut Pandang
Sudut pandang orang ketiga . pada hikayat malem dagang penulis serba tahu,Penutur berada di luar cerita menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, cerita itu sendiri.
Dalam hal ini pengarang bertindak seolah-olah mengetahui segala peristiwa yang dialami tokoh dan tingkah laku tokoh. pengarang melukiskan apa yang dilihat, didengar, dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh cerita, namun terbatas hanya pada seorang tokoh atau dalam jumlah yang sangat terbatas. Walaupun terdiri atas tokoh  yang banyak. Penutur  tidak diberi kesempatan untuk menunjukkan sosok dirinya seperti halnya tokoh pertama.

8.       Gaya Bahasa
Mengunakan Majas Hiperbola
Mengunakan Majas sinestisia
Mengunakan Majas Simbolik

9.       Latar sosial
Adanya ketidak pastian yang dikemukan penutur dalam hikayat malem dagang sehingga berkesan dalam kehidupan masyarakat rasa ketidak percayaan.

Share: