SINOPSIS
Hikayat Malem Dagang
menceritakan tentang perjuangan para pahlawan Aceh.Tersebutlah Sultan Iskadar
Muda salah satu pahlawan yang diceritakan di dalam hikayat ini. Raja yang adil
dan bijaksana sangat arif mengatur rakyat. Dalam hal menjalankan tugasnya
Sultan Iskandar Muda tidak pernah membedakan status sosial. Dan tidak ada
rakyat yang tidak menyukai dirinya ketika memerintahkan bumi Aceh. Negeri Aceh
merupakan wilayah yang sangat luas diantaranya kota Banda Sebagai pusat
ibukota. Sehingga Banyak para pendagang luar yang menggelarkan lapaknya untuk
berjualan di Aceh. Semua hal yang diperlukan rakyat aceh bisa terpenuhi dengan
adanya pedagang luar yang datang ke Aceh.
Jalur laut merupakan jalur alternafit pada masa itu untuk melabuhkan kapal para pedagan ini. Diantara
barang yang mereka datangkan antara lain berupa tembakau rempah – rempah dan
bahan bangunan . sejak kedatangan para pedagang kehidupan rakyat hidup makmur
dari timur hingga barat.
Kemakmuran rakyat
aceh tersebar kemana – mana dan banyak anggapan dari mereka mengatakan karena
sebuah agama yang mereka anut. sehingga membuat Putroe Phang dan Raja Raden datang
ke Aceh untuk memeluk agama islam. Sebelumnya raja Raden dan Putroe Phang
berasal dari Banang Malaka. Setelah memeluk agama islam Raja Raden menikahkan
adiknya Putroe Phang dengan Sultan Iskandar Muda. Dan Raja Raden menikah dengan
adiknya Sultan Iskandar Muda. Tidak lama
kemudian datanglah Raja Ujud dengan armada perangnya. Putri Pahang
memerintahkan rakyatnya untuk menerima Raja
Ujud dengan upacara adat. Kedatangan dari Raja Ujud ingin membujuk abannya atau
raja Raden untuk kembali pulang ke Malaka.
Namun, raja Raden tidak menyetujui ajakan dari Raja Ujud. Penyataan yang
dilontarkan oleh raja Raden membuat Raja Ujud merasa Jengkel dan marah. Raja Raden
menasehati Raja Ujud untuk tidak takabur karena sebelumnya sultan telah memberi izin untuk menguasai daerah Ladong, Peukan, dan Krueng
Raya.
Raja Ujud Marah
dan membumi hanguskan daerah Krueng Raya, terjadi perampokkan dan pembunuhan.
Si Ujud menantang sultan untuk berperang di Malaka. Setahun sejak peristiwa
itu, sebatang kayu tedampar di pantai dan sultan membuatnya menjadi sebuah
kapal. Kapal itu yang akan menaklukan setiap negeri. Kapal itu dilengkapi dengan 3 buah gendrang. 1 ditempatkan di haluan di beri nama akidatoi umu. Satu di
Gulitan diberi nama Tulak Mara yang ditengah di beri nama Kasirah Hairan. sultan Memberi nama kapal itu dengan nama cakra donya
ketika di tarik ramai – ramai kapal
itu tidak bergerak setelah baginda meminta para
ulama membaca doa baru kapal itu muncul.
Sultan meminta
pendapat Putri Pahang dalam memburu si Ujud. Putri
mengatakan ada 3 hal yang harus diperhatikan. Pertama arus di perairan malaka
sangat deras. Kedua banyak lawan di Asahan. Ke tiga di laut Banang tidak boleh
dibunyikan meriam karena ada wali yang bersemayam di tempat itu. Armada sultan
berlayar di malaka melaui darat. di Sigli disambut rakyat Pidie dengan panglimanya Maharaja Indra.
Sultan
memerintahkan supaya kapal perang Pidie mengikuti Cakra Donya dan melanjutkan
ke Meurudu. Raja Pakeh mengatakan Sultan tidak mengangkat seorang hulu baling
di Meurudu. Raja Pakeh diminta sultan
supaya ikut ke Malaka. Anak negeri yang tidak ikut antara lain wanita. oleh sultan diberi modal menenun kain. Baginda melanjutkan
perjalanan melalui Pedada. Peusangan juga mempunyai 5 kapal dan mengikuti cakra
donya. Akhirnya sultan tiba di Lhoksemawe.
Raja Pakeh menceritakan asal usul nama lhoksemawe.
Tempat itu
menjadi dalam karena pasirnya banyak diambil oleh Ibrahim Papa. Demikian pula
nama Paseh yang berasal dari nama seekor
anjing kepunyaan Ibrahim Papa. Panglima Pidie Maharaja Indra tidak bersedia
karena alasan tidak memiliki ahli family. Baginda mencalonkan Malem Dagang yaitu
cucu raja Pakeh sendiri. Raja Pakeh sendiri tidak setuju karena ia masih sangat
muda. Dengan janji Malem Dagang akan
diberi wilayah yang meliputi Asahan.
Malem dagang menanyakan pendapat panglima yang lain. Semua menunjuk Malem Dagang. Raja
pakeh pun memberi semangat perang suci melawan musuh agama.
Tiga hari tiga
malam dalam pelayaran sampailah armada besar itu di Asahan. Negeri asahan
diperintahkan oleh seorang raja yang belum beragama namanya Raja Muda. Banyak
negeri yang ditaklukan dan banyak putri raja serta harta benda dirampasnya
sultan memerintahkan Malem dagang untuk membuat negeri asahan akan dihadang.
Malem dagang dagang mengatakan bahwa armadanya akan menuju negeri Johor.
Meskipun telah disarankan oleh utusanya oleh armada supaya armada malem dagang
jangan dihadang. Namun raja muda tetap tidak menyerah. Raja mengerahka
pasukannya armada malem dagang ditembakknya selama 7 hari. Tetapi malem dagang
dengan 900 kapal perangnya dipimpin oleh
malem dagang sendiri oleh raja raden dan panglima Pidie akhirnya benteng istana
dapat ditaklukan pasukan raja muda kucar kacir malem dagang menawan permaisuri
raja asahan yang bernama putri kemala donya.
Sesudah tiga hari
tiga malam sultan menyarankan perjalanan tidak lanjutkan sebaiknya menunggu si Ujud
dengan membangun benteng pulau weh. Tetapi malem dagang bertetap hati untuk
melanjutkan pelayaran ke Malaka. Sesudah 7 hari permaisuri dilaut raja muda
beserta rakyatnya turun dari gunung dan raja muda menjumpai malem dagang untuk
menembus permaisurinya dengan harta benda.
Malem dagang
menolak tebusan raja muda kemala donya akan dibalikan bila raja muda mau
memeluk agama islam. Kemala sendiri sebenarnya ingin mengikuti malem dagang ke
aceh setelah memeluk agama islam putrid kemala diminta malem dagang untuk
mengikuti suaminya. Yang baru memeluk agama islam pulang ke Asahan.
Armada malem
dagang melanjutkan perjalan selama 7 hari tibalah di Malaka. Kuala banang
tempat mereka istirahat sultan mengingatkan malem Pakeh untuk tidak membunyikan
meriam seperti yang sudah diperingatkan oleh putrid Pahang.
Pada suatu ketika
mereka bertemu dengan ayah putri Pahang lalu dipertemukan dengan sultan. Ayah
putri Pahang bersedia membantu sultan untuk memburu Ujud. Sesampai di johor meriam dibunyikan, tetapi tidak balasan
dari darat. Ternyata si Ujud sudah berangkat ke johor dalam rangka persiapan
menyerang negeri aceh. Di pantai johor lama sultan membangun 7 buah benteng
yang kokoh. Sesudah 17 bulan armada
sultan di johor. Armada si Ujud muncul di laut penang. Malem dagang meminta
izin kepada raja Pakeh untuk menyerang. Raja Pakeh untuk bersabar 2 tiga hari
dan disuruh masuk kedalam kamar sembahyang dan membaca al qur’an.
Raja pakeh
memerintahkan untuk memberitahukan kepada sultan di johor. Bahwa armada si Ujud
sudah berada di kuala Banang. Malem dagang mohon izin dari sultan tetapi beliau
menyerahkan hal itu semuanya kepada raja Pakeh. Sesudah raja pakeh member izin
malem dagang memakai seragam perang. Meriamnya ke arah kapal – kapal si Ujud.
Disusul raja raden dan panglima berpuluh – puluh kapal.
Pasukan si Ujud
tidak menyangka bahwa yang menyerang pasukan dari aceh. Disangka seranganya itu
datang dari banang sendiri. Si Ujud sendiri masih berada di negeri Goha.
Sementara itu angkatan laut malem dagang terus menyerang. Dalam serangan itu
raja Muduwenata tewas dan banyak kapalnya tenggelam. Sisanya sepuluh buah kapal melarikan diri ke Goha. Tak lama
kemudian si Ujud mengetahui mertuanya
meninggal. Demikian pula istrinya amat sedih mendengar ayahnya telah tewas. Si Ujud
sangat marah dan segera menggerahkan seluruh rakyatnya untuk berlayar dan
menuju laut banang.
Sampai disana
mereka mengepung armada malem dagang dari segala jurusan. Malem dagang berkerja sama dengan raja Pidie
memimpin pertempuran. Bekar doa Je Pakweh tidak satu pun kapal Malem Dagang
yang tenggelam. Sudah tiga bulan perang berkecamuk. Si ujud mulai kewalahan.
Pasukannya lari dan hanya tinggal sebuah kapalnya. Si ujud berhadapan lansung
dengannya. dengan pedang di tangan ia menantang malem dagang. Namun raja ujud
kalah dan berhasil di tawan kemudian dirantai dan dibawa ke sultan.
Armada kapal
sultan iskandar muda meninggalkan laut banang pulang ke aceh. Raja malaka
mendengar kabar bahwa anaknya sudah menjadi tawanan ia pun melarikan diri
bersama pengikutnya ke gunung. Sebulan lamanya sultan beristirahat di Asahan.
Di pulau Ruja ujud dijatuhi hukuman mati tetapi tidak ada senjata yang
menghabiskan nyawanya. Si ujud sendiri memberitahukan bahwa ia akan mati dnegan
dimasukkan timah panas ke dalam mulutnya. Dengan cara itulah raja johor dari
Guha Meninggal. Semua pasukan pulang ke tempatnya masing – masing dan baginda
merasa sangat puas depat mengalahkan musuhnya.
1.
TEMA : Perperangan
2.
AMANAT : bersikap takabur tidak hanya akan merugikan diri sendiri.
Di atas langit masih ada langit yang
membentang karena tidak ada kekuatan yang bisa mengalahkan kekuatan Allah.
3.
TOKOH
·
Tokoh Utama
-
Sultan Iskandar Muda
-
Raja Raden
-
Raja Si Ujud
-
Malem Dagang
-
Ja Pakeh
·
Tokoh Bawahan
-
Putri Pahang
-
Maharaja Indra
-
Raja Muda
-
Putri Keumala Donya
-
Raja Modeulikah
-
Raja Malaka
4.
PENOKOHAN
·
Sultan Iskandar Muda : tegas, setia, bijaksana, adil
·
Raja Raden : tetap pendirian,
·
Raja Si Ujud : licik, egois, jahat, serakah,
·
Malem Dagang : pemberani,
·
Ja Pakeh : taat beribadah, mendalami ilmu agama,
5.
ALUR : Alur Campuran
6.
LATAR/SETTING
Ladang krueng raya, Pidie, Meurudu, Pesangan, Lhok semawe, Jambu Aye,
Asahan, Malaka, Kuala Banang, Johor Lama, Pulau We, diatas Kapal, Istana, Pulau
Huja.
7.
Sudut Pandang
Sudut pandang orang ketiga . pada hikayat malem dagang penulis serba tahu,Penutur berada di luar cerita menampilkan
tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, cerita itu sendiri.
Dalam hal ini pengarang bertindak seolah-olah mengetahui
segala peristiwa yang dialami tokoh dan tingkah laku tokoh. pengarang
melukiskan apa yang dilihat, didengar, dialami, dipikir, dan dirasakan oleh
tokoh cerita, namun terbatas hanya pada seorang tokoh atau dalam jumlah yang
sangat terbatas. Walaupun terdiri atas tokoh
yang banyak. Penutur tidak diberi
kesempatan untuk menunjukkan sosok dirinya seperti halnya tokoh pertama.
8.
Gaya Bahasa
Mengunakan Majas Hiperbola
Mengunakan Majas sinestisia
Mengunakan Majas Simbolik
9.
Latar
sosial
Adanya ketidak pastian yang dikemukan penutur
dalam hikayat malem dagang sehingga berkesan dalam kehidupan masyarakat rasa
ketidak percayaan.