Pedoman Penulisan Fonetik Bahasa Aceh

Penulisan fonetik dalam bahasa Aceh terbagi menjadi vokal, vokal sengau, diftong, dan konsonan.

Kegigihan Sang Teuku Umar dalam Memperjuangkan Kemerdekaan

Bagi penggemar sejarah tentu anda akan tertarik untuk membaca buku ini, sebagaimana buku ini mengisahkan tentang berbagai peristiwa panglima aceh dalam memperjuangkan kemerdekaan...

Kebangkitan Bahasa dan Sastra Aceh

Harian Serambi Indonesia edisi, Jumat 16 Desember 2022 merilis berita dengan judul Mulai Dari Pemanfaatan Pangan Lokal Hingga Makna ‘Rateb Doda Idi’

Hermeneutika dan Positivisme Logis

Filsafat telah membawa perubahan yang begitu penting dalam dunia pendidikan.

HERMENEUTIKA DAN POSITIVISME LOGIS (SUATU TINJAUAN HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT DAN BAHASA)

Filsafat telah membawa perubahan yang begitu penting dalam dunia pendidikan. Hal itu ditandai sejak perkembangan filsafat sampai dengan saat ini masih menjadi kajian menarik diteliti serta dipelajari di berbagai perguruan tinggi. Bahkan banyak guru besar lahir dengan objek kajiannya berupa filsafat. Jika dilihat dari pekembangannya, filsafat dibagi menjadi empat fase. Keempat fase tersebut, yakni kosmosentris, teosentris, antroposentris dan logosentris. Fase "kosmosentris" adalah fase di mana alam dipandang sebagai objek discourse. Ini terjadi pada masa klasik. Pada fase "teosentris", Tuhan menjadi objek pembicaraan. Fase ini berlangsung pada abad pertengahan. Di abad modern yang merupakan fase antroposentris, wacana yang penting dan dominan dalam kajiannya adalah seputar manusia terutama kekuatan akal atau rasionya. Selanjutnya, di abad mutakhir ini, abad 20 adalah fase "logosentris", bahasa menjadi pusat objek perbincangan yang menarik. 

Secara etimologis kata hermeneutika (hermeneneutic) berasal dari bahasa Yunani dari kata kerja hermeneuein yang berarti menjelaskan, menerjemahkan dan mengekspresikan (Sumaryono, 23:1993). Kata bendanya hermeneia, artinya tafsiran. Dalam tradisi Yunani kuno kata hermeneuein dan hermeneia dipakai dalam tiga makna, yaitu (1) “mengatakan”, to say (2) ”menjelaskan” to explain dan (3) “menterjemahkan”, to translate. Tiga makna inilah yang dalam kata Inggris diekspresikan dalam kata : to interpret. Interpretasi dengan demikian menunjuk pada tiga hal pokok: pengucapan lisan (an oral ricitation), penjelasan yang masuk akal (a reasonable explation) dan terjemahan dari bahasa lain (a reation from another language) Siswanto, (172-173:1998). 

Secara historis kata hermeneutika merujuk pada nama Hermes, tokoh seorang utusan Tuhan dalam mitologi Yunani yang bertugas menjadi perantara antara dewa Zeus dan manusia. Menurut Hidayat (117:1998), ia bertugas menjelaskan kepada manusia perintah-perintah tuhan mereka. Dengan kata lain ia bertugas untuk menjembatani antara dunia langit (divire) dengan dunia manusia. Konon suatu saat Hermes dihadapkan pada persoalan pelik ketika harus menyampaikan pesan Zeus untuk manusia. Yaitu bagaimana menjelaskan bahasa Zeus yang menggunakan “bahasa langit” agar bisa dimengerti oleh manusia yang menggunakan “bahasa bumi”. Akhirnya dengan segala kepintaran dan kebijaksanaannya, Hermes menafsirkan dan menerjemahkan bahasa Zeus ke dalam bahasa manusia sehingga menjelma menjadi sebuah teks suci. Kata teks berasal dari bahasa Latin yang berarti produk tenunan atau pintalan. Dalam hal ini yang dipintal oleh Hermes adalah gagasan dan kata-kata Zeus agar hasilnya menjadi sebuah narasi dalam bahasa manusia yang bisa dipahami.

Salah seorang filsuf yang terkenal dengan kajian hermeuntika adalah Gadamer. Gadamer memiliki nama lengkap Hans-George Gadamer, dilahirkan di Marburg pada tahun 1900. Ia belajar filsafat pada universitas di kota asalnya, antara lain pada Nikolai Hartmann dan Martin Heidegger dan mengikuti kuliah juga pada Rodolf Bultmann, seorang teolog protestan. Pada tahun 1922 ia meraih gelar ”doktor filsafat“. Sembilan tahun kemudian ia menjadi privatdozent di Marburg. Setelah selama tiga tahun mengajar, tepatnya tahun 1937 ia menjadi profesor. Tetapi dua tahun kemudian Gadamer pindah ke Leipzig. Pada tahun 1947 ia pindah lagi ke Frankfurt am Main. Akhirnya di tahun 1949 ia mengajar di Heidelberg sampai pensiunnya (Bertens, 233:1983). 

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sofyan (2014) disimpulkan bahwa, menurut Gadamer, membaca dan memahami sebuah teks pada dasarnya adalah melakukan dialog dan membangun sintesis antara dunia teks, dunia pengarang dan dunia pembaca. Ketiga hal ini -dunia teks, dunia pengarang dan dunia pembaca- menjadi pertimbangan penting dalam setiap pemahaman. Pengabaian atas salah satu aspek akan melahirkan pemahaman atas teks menjadi kering dan miskin. Untuk mendapatkan pemahaman yang maksimal, Gadamer mengajukan empat teori: prasangka hermeneutik, lingkaran Hermeneutika, Aku-Engkau“ menjadi ”Kami“ dan hermeneutika dialektis. Keempat teori ini bukan hal yang baru dalam tradisi tafsir. Sebab prinsip dasar hermeneutika adalah sebuah upaya interpretatif untuk memhami teks. Selain daripada itu, para filsuf yang membahas mengenai hermeunetika, antara lain; Ricoeur Russell, Ricoeur Russell, Friedrich Schleiermacher, Wilhelm Dilthey, dsb. Pada bagian pemabahasan makalah ini, penulis hanya menyajikan beberapa kosep pemikiran dari kelima filsuf tersebut. Penulis juga akan mencoba menjelaskan mengenai filsafat positivisme logis yang berhasil penulis serap dari berbagai sumber.

Download makalah lengkap silakan klik di bawah ini!
Share: