Pedoman Penulisan Fonetik Bahasa Aceh

Penulisan fonetik dalam bahasa Aceh terbagi menjadi vokal, vokal sengau, diftong, dan konsonan.

Kegigihan Sang Teuku Umar dalam Memperjuangkan Kemerdekaan

Bagi penggemar sejarah tentu anda akan tertarik untuk membaca buku ini, sebagaimana buku ini mengisahkan tentang berbagai peristiwa panglima aceh dalam memperjuangkan kemerdekaan...

Kebangkitan Bahasa dan Sastra Aceh

Harian Serambi Indonesia edisi, Jumat 16 Desember 2022 merilis berita dengan judul Mulai Dari Pemanfaatan Pangan Lokal Hingga Makna ‘Rateb Doda Idi’

Hermeneutika dan Positivisme Logis

Filsafat telah membawa perubahan yang begitu penting dalam dunia pendidikan.

Hikayat Malem Dagang / Diwa

SINOPSIS

Hikayat Malem Dagang menceritakan tentang perjuangan para pahlawan Aceh.Tersebutlah Sultan Iskadar Muda salah satu pahlawan yang diceritakan di dalam hikayat ini. Raja yang adil dan bijaksana sangat arif mengatur rakyat. Dalam hal menjalankan tugasnya Sultan Iskandar Muda tidak pernah membedakan status sosial. Dan tidak ada rakyat yang tidak menyukai dirinya ketika memerintahkan bumi Aceh. Negeri Aceh merupakan wilayah yang sangat luas diantaranya kota Banda Sebagai pusat ibukota. Sehingga Banyak para pendagang luar yang menggelarkan lapaknya untuk berjualan di Aceh. Semua hal yang diperlukan rakyat aceh bisa terpenuhi dengan adanya pedagang luar yang datang ke Aceh.
Jalur laut merupakan jalur alternafit pada masa itu untuk  melabuhkan kapal para pedagan ini. Diantara barang yang mereka datangkan antara lain berupa tembakau rempah – rempah dan bahan bangunan . sejak kedatangan para pedagang kehidupan rakyat hidup makmur dari timur hingga barat.
Kemakmuran rakyat aceh tersebar kemana – mana dan banyak anggapan dari mereka mengatakan karena sebuah agama yang mereka anut. sehingga membuat Putroe Phang dan Raja Raden datang ke Aceh untuk memeluk agama islam. Sebelumnya raja Raden dan Putroe Phang berasal dari Banang Malaka. Setelah memeluk agama islam Raja Raden menikahkan adiknya Putroe Phang dengan Sultan Iskandar Muda. Dan Raja Raden menikah dengan adiknya Sultan Iskandar Muda.  Tidak lama kemudian datanglah Raja Ujud dengan armada perangnya. Putri Pahang memerintahkan rakyatnya untuk menerima  Raja Ujud dengan upacara adat. Kedatangan dari Raja Ujud ingin membujuk abannya atau raja Raden untuk kembali pulang ke Malaka.  Namun, raja Raden tidak menyetujui ajakan dari Raja Ujud. Penyataan yang dilontarkan oleh raja Raden membuat Raja Ujud merasa Jengkel dan marah. Raja Raden menasehati Raja Ujud untuk tidak takabur karena sebelumnya sultan telah memberi izin untuk menguasai daerah Ladong, Peukan, dan Krueng Raya.
Raja Ujud Marah dan membumi hanguskan daerah Krueng Raya, terjadi perampokkan dan pembunuhan. Si Ujud menantang sultan untuk berperang di Malaka. Setahun sejak peristiwa itu, sebatang kayu tedampar di pantai dan sultan membuatnya menjadi sebuah kapal. Kapal itu yang akan menaklukan setiap negeri.  Kapal itu dilengkapi dengan 3 buah gendrang. 1 ditempatkan di haluan di beri nama akidatoi umu. Satu di Gulitan diberi nama Tulak Mara yang ditengah di beri nama Kasirah Hairan. sultan Memberi nama kapal itu dengan nama cakra donya ketika di tarik ramai – ramai kapal itu tidak bergerak setelah baginda meminta para ulama membaca doa baru kapal itu muncul.
Sultan meminta pendapat Putri Pahang dalam memburu si Ujud. Putri mengatakan ada 3 hal yang harus diperhatikan. Pertama arus di perairan malaka sangat deras. Kedua banyak lawan di Asahan. Ke tiga di laut Banang tidak boleh dibunyikan meriam karena ada wali yang bersemayam di tempat itu. Armada sultan berlayar di malaka melaui darat. di Sigli disambut rakyat Pidie dengan panglimanya Maharaja Indra.
Sultan memerintahkan supaya kapal perang Pidie mengikuti Cakra Donya dan melanjutkan ke Meurudu. Raja Pakeh mengatakan Sultan tidak mengangkat seorang hulu baling di Meurudu. Raja Pakeh diminta sultan supaya ikut ke Malaka. Anak negeri yang tidak ikut antara lain wanita. oleh sultan diberi modal menenun kain. Baginda melanjutkan perjalanan melalui Pedada. Peusangan juga mempunyai 5 kapal dan mengikuti cakra donya.  Akhirnya sultan tiba di Lhoksemawe. Raja Pakeh menceritakan asal usul nama lhoksemawe.
Tempat itu menjadi dalam karena pasirnya banyak diambil oleh Ibrahim Papa. Demikian pula nama  Paseh yang berasal dari nama seekor anjing kepunyaan Ibrahim Papa. Panglima Pidie Maharaja Indra tidak bersedia karena alasan tidak memiliki ahli family. Baginda mencalonkan Malem Dagang yaitu cucu raja Pakeh sendiri. Raja Pakeh sendiri tidak setuju karena ia masih sangat muda.  Dengan janji Malem Dagang akan diberi wilayah yang  meliputi Asahan. Malem dagang menanyakan pendapat panglima yang lain. Semua menunjuk Malem Dagang.  Raja pakeh pun memberi semangat perang suci melawan musuh agama.
Tiga hari tiga malam dalam pelayaran sampailah armada besar itu di Asahan. Negeri asahan diperintahkan oleh seorang raja yang belum beragama namanya Raja Muda. Banyak negeri yang ditaklukan dan banyak putri raja serta harta benda dirampasnya sultan memerintahkan Malem dagang untuk membuat negeri asahan akan dihadang. Malem dagang dagang mengatakan bahwa armadanya akan menuju negeri Johor. Meskipun telah disarankan oleh utusanya oleh armada supaya armada malem dagang jangan dihadang. Namun raja muda tetap tidak menyerah. Raja mengerahka pasukannya armada malem dagang ditembakknya selama 7 hari. Tetapi malem dagang dengan 900 kapal  perangnya dipimpin oleh malem dagang sendiri oleh raja raden dan panglima Pidie akhirnya benteng istana dapat ditaklukan pasukan raja muda kucar kacir malem dagang menawan permaisuri raja asahan yang bernama putri kemala donya.
Sesudah tiga hari tiga malam sultan menyarankan perjalanan tidak lanjutkan sebaiknya menunggu si Ujud dengan membangun benteng pulau weh. Tetapi malem dagang bertetap hati untuk melanjutkan pelayaran ke Malaka. Sesudah 7 hari permaisuri dilaut raja muda beserta rakyatnya turun dari gunung dan raja muda menjumpai malem dagang untuk menembus permaisurinya dengan harta benda.
Malem dagang menolak tebusan raja muda kemala donya akan dibalikan bila raja muda mau memeluk agama islam. Kemala sendiri sebenarnya ingin mengikuti malem dagang ke aceh setelah memeluk agama islam putrid kemala diminta malem dagang untuk mengikuti suaminya. Yang baru memeluk agama islam pulang ke Asahan.
Armada malem dagang melanjutkan perjalan selama 7 hari tibalah di Malaka. Kuala banang tempat mereka istirahat sultan mengingatkan malem Pakeh untuk tidak membunyikan meriam seperti yang sudah diperingatkan oleh putrid Pahang.
Pada suatu ketika mereka bertemu dengan ayah putri Pahang lalu dipertemukan dengan sultan. Ayah putri Pahang bersedia membantu sultan untuk memburu Ujud. Sesampai di  johor meriam dibunyikan, tetapi tidak balasan dari darat. Ternyata si Ujud sudah berangkat ke johor dalam rangka persiapan menyerang negeri aceh. Di pantai johor lama sultan membangun 7 buah benteng yang kokoh. Sesudah 17  bulan armada sultan di johor. Armada si Ujud muncul di laut penang. Malem dagang meminta izin kepada raja Pakeh untuk menyerang. Raja Pakeh untuk bersabar 2 tiga hari dan disuruh masuk kedalam kamar sembahyang dan membaca al qur’an.
Raja pakeh memerintahkan untuk memberitahukan kepada sultan di johor. Bahwa armada si Ujud sudah berada di kuala Banang. Malem dagang mohon izin dari sultan tetapi beliau menyerahkan hal itu semuanya kepada raja Pakeh. Sesudah raja pakeh member izin malem dagang memakai seragam perang. Meriamnya ke arah kapal – kapal si Ujud. Disusul raja raden dan panglima berpuluh – puluh kapal.
Pasukan si Ujud tidak menyangka bahwa yang menyerang pasukan dari aceh. Disangka seranganya itu datang dari banang sendiri. Si Ujud sendiri masih berada di negeri Goha. Sementara itu angkatan laut malem dagang terus menyerang. Dalam serangan itu raja Muduwenata tewas dan banyak kapalnya tenggelam. Sisanya sepuluh  buah kapal melarikan diri ke Goha. Tak lama kemudian si Ujud  mengetahui mertuanya meninggal. Demikian pula istrinya amat sedih mendengar ayahnya telah tewas. Si Ujud sangat marah dan segera menggerahkan seluruh rakyatnya untuk berlayar dan menuju laut banang.
Sampai disana mereka mengepung armada malem dagang dari segala jurusan. Malem  dagang berkerja sama dengan raja Pidie memimpin pertempuran. Bekar doa Je Pakweh tidak satu pun kapal Malem Dagang yang tenggelam. Sudah tiga bulan perang berkecamuk. Si ujud mulai kewalahan. Pasukannya lari dan hanya tinggal sebuah kapalnya. Si ujud berhadapan lansung dengannya. dengan pedang di tangan ia menantang malem dagang. Namun raja ujud kalah dan berhasil di tawan kemudian dirantai dan dibawa ke sultan.
Armada kapal sultan iskandar muda meninggalkan laut banang pulang ke aceh. Raja malaka mendengar kabar bahwa anaknya sudah menjadi tawanan ia pun melarikan diri bersama pengikutnya ke gunung. Sebulan lamanya sultan beristirahat di Asahan. Di pulau Ruja ujud dijatuhi hukuman mati tetapi tidak ada senjata yang menghabiskan nyawanya. Si ujud sendiri memberitahukan bahwa ia akan mati dnegan dimasukkan timah panas ke dalam mulutnya. Dengan cara itulah raja johor dari Guha Meninggal. Semua pasukan pulang ke tempatnya masing – masing dan baginda merasa sangat puas depat mengalahkan musuhnya.

1.       TEMA : Perperangan
2.       AMANAT : bersikap takabur tidak hanya akan merugikan diri sendiri.
 Di atas langit masih ada langit yang membentang karena tidak ada kekuatan yang bisa mengalahkan kekuatan Allah.
3.       TOKOH
·         Tokoh Utama
-          Sultan Iskandar Muda
-          Raja Raden
-          Raja Si Ujud
-          Malem Dagang
-          Ja Pakeh
·         Tokoh Bawahan
-          Putri Pahang
-          Maharaja Indra
-          Raja Muda
-          Putri Keumala Donya
-          Raja Modeulikah
-          Raja Malaka

4.       PENOKOHAN
·         Sultan Iskandar Muda : tegas, setia, bijaksana, adil
·         Raja Raden : tetap pendirian,
·         Raja Si Ujud : licik, egois, jahat, serakah,
·         Malem Dagang : pemberani,
·         Ja Pakeh : taat beribadah, mendalami ilmu agama,

5.       ALUR : Alur Campuran

6.       LATAR/SETTING

Ladang krueng raya, Pidie, Meurudu, Pesangan, Lhok semawe, Jambu Aye, Asahan, Malaka, Kuala Banang, Johor Lama, Pulau We, diatas Kapal, Istana, Pulau Huja.

7.       Sudut Pandang
Sudut pandang orang ketiga . pada hikayat malem dagang penulis serba tahu,Penutur berada di luar cerita menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, cerita itu sendiri.
Dalam hal ini pengarang bertindak seolah-olah mengetahui segala peristiwa yang dialami tokoh dan tingkah laku tokoh. pengarang melukiskan apa yang dilihat, didengar, dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh cerita, namun terbatas hanya pada seorang tokoh atau dalam jumlah yang sangat terbatas. Walaupun terdiri atas tokoh  yang banyak. Penutur  tidak diberi kesempatan untuk menunjukkan sosok dirinya seperti halnya tokoh pertama.

8.       Gaya Bahasa
Mengunakan Majas Hiperbola
Mengunakan Majas sinestisia
Mengunakan Majas Simbolik

9.       Latar sosial
Adanya ketidak pastian yang dikemukan penutur dalam hikayat malem dagang sehingga berkesan dalam kehidupan masyarakat rasa ketidak percayaan.

Share: