Pedoman Penulisan Fonetik Bahasa Aceh

Penulisan fonetik dalam bahasa Aceh terbagi menjadi vokal, vokal sengau, diftong, dan konsonan.

Kegigihan Sang Teuku Umar dalam Memperjuangkan Kemerdekaan

Bagi penggemar sejarah tentu anda akan tertarik untuk membaca buku ini, sebagaimana buku ini mengisahkan tentang berbagai peristiwa panglima aceh dalam memperjuangkan kemerdekaan...

Kebangkitan Bahasa dan Sastra Aceh

Harian Serambi Indonesia edisi, Jumat 16 Desember 2022 merilis berita dengan judul Mulai Dari Pemanfaatan Pangan Lokal Hingga Makna ‘Rateb Doda Idi’

Hermeneutika dan Positivisme Logis

Filsafat telah membawa perubahan yang begitu penting dalam dunia pendidikan.

SASTRA MELAYU KLASIK

 Beberapa pembagian Sastra Indonesia Lama adalah sebagai berikut

A.    Berdasarkan bentuknya, sastra Indonesia Lama dibagi menjadi dua
  1. Prosa lama
  2. Puisi Lama
B.     berdasarkan isinya, Sastra Indonesia Lama dibedakan menjadi tiga, yaitu
  1. Sastra Sejarah
  2. Sastra Undang-Undang
  3. Sastra petunjuk Bagi Raja atau Penguasa
C.     Berdasarkan pengaruh asing, Sastra Indonesia Lama dibedakan menjadi tiga, yaitu
  1. Sastra Indonesia Asli
  2. Sastra Indonesia Lama Pengaruh Hindu
  3. Sastra Indonesia Lama Pengaruh Islam

Ciri-ciri kesusastraan Indonesia Lama
1.      Bersifat onomatope/anonim, yaitu nama pengarang tidak dicantumkan dalam karya sastra.
2.      Merupakan milik bersama masyarakat.
3.      Timbul karena adat dan kepercayaan masyarakat
4.      Bersifat istana sentris, maksudnya ceritanya berkisar pada lingkungan istana
5.      Disebarkan secara lisan
6.      Banyak bahasa klise, yaitu bahasa yang bentuknya tetap.

Jabatan/orang yang sangat berjasa dalam penyebaran sastra Indonesia Lama adalah pawang.  Ia adalah kepala adat (istilah sekarang mungkin sama dengan “dukun” dalam kebudayaan Jawa). Jabatan ini berbeda dengan kepala suku. Menurut Dick Hartoko dan Rahmanto, pawang dikenal sebagai orang yang mempunyai keahlian yang erat hubungannya dengan hal-hal yang gaib. Ia termasuk orang yang keramat dan dapat berhubungan dengan para dewa atau hyang. Pawang terbagi atas pawang kutika (ahli bercocok tanam dan hal-hal yang berhubungan dengan rumah tangga), pawang osada (ahli dalam jampi-jampi), pawang malim (ahli dalam pertenungan), dan pawang pelipur lara (ahli bercerita).

SASTRA INDONESIA LAMA BERDASARKAN BENTUKNYA
A.    PROSA LAMA
  1. Dongeng
Dongeng adalah prosa cerita yang isinya hanya khayalan saja, hanya ada dalam fantasi pengarang.
Dongeng dibedakan menjadi
a.    Fabel, yaitu dongeng tentang kehidupan binatang. Dongeng tentang kehidupan binatang ini dimaksudkan agar menjadi teladan bagi kehidupan manusia pada umumnya. (Menurut Dick hartoko dan B. Rahmanto, yang dimaksud fabel adalah cerita singkat, sering dalam bentuk sanjak, yang bersifat didaktis bertepatan dengan contoh yang kongkret. Tumbuh-tumbuhan dan hewan ditampilkan sebagai makhluk yang dapat berpikir, bereaksi, dan berbicara sebagai manusia. Diakhiri dengan sebuah kesimpulan yang mengandung ajaran moral).
b.   Farabel, yaitu dongeng tentang binatang atau benda-benda lain yang mengandung nilai pendidikan. Binatang atau benda tersebut merupakan perumpamaan atau lambang saja. Peristiwa ceritanya merupakan kiasan tentang pelajaran kesusilaan dan keagamaan.
c.    Legende, yaitu dongeng yang dihubungkan dengan keajaiban alam, terjadinya suatu tempat, dan setengah mengandung unsur sejarah.
d.   Mythe, yiatu dongeng yang berhubungan dengan cerita jin, peri, roh halus, dewa, dan hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan animisme.
e.    Sage, yaitu dongeng yang mengandung unsur sejarah meskipun tidak seluruhnya berdasarkan sejarah. (Menurut Dick Hartoko dan B. Rahmanto, kata sage berasal dari kata jerman “was gesagt wird” yang berarti apa yang diucapkan, cerita-cerita alisan yang intinya historis, terjadi di suatu tempat tertentu dan pada zaman tertentu. Ada yang menceritakan tentang roh-roh halus, mengenai ahli-ahli sishir, mengenai setan-setan atau mengenai tokoh-tokoh historis. Selalu ada ketegangan antara dunia manusia dan dunia gaib. Manusia selalu kalah. Nada dasarnya tragis, lain daripada dongeng yang biasanya optimis)

  1. Hikayat
Kata hikayat berasal dari bahasa Arab yang artinya cerita. Hikayat adalah cerita yang panjang yang sebagian isinya mungkin terjadi sungguh-sungguh, tetapi di dalamnya banyak terdapat hal-hal yang tidak masuk akal, penuh keajaiban. (Dick hartoko dan B. Rahmanto memberikan definisi hikayat sebagai jenis prosa cerita Melayu Lama yang mengisahkan kebesaran dan kepahlawanan orang-orang ternama, para raja atau para orang suci di sekitar istana dengan segala kesaktian, keanehan dan muzizat tokoh utamanya, kadang mirip cerita sejarah atau berbentu riwayat hidup.
 
  1. Tambo
Tambo adalah cerita sejarah, yaitu cerita tentang kejadian atau asal-usul keturunan raja.

  1. Wira Carita (Cerita Kepahlawanan)
Wira carita adalah cerita yang pelaku utamanya adalah seorang kesatria yang gagah berani, pandai berperang, dan selalu memperoleh kemenangan.


B.     PUISI LAMA
  1. Mantra
Mantra adalah kata-kata yang mengandung hikmat dan kekuatan gaib. Mantra sering diucapkan oleh dukun atau pawang, namun ada juga seorang awam yang mengucapkannya.

  1. Bidal.
Bidal adalah pepatah atau peribahasa dalam sastra Melayu lama yang kebanyakan berisi sindiran, peringatan, nasehat, dan sejenisnya. Yang termasuk dalam kategori bidal adalah
a.       Ungkapan, yaitu kiasan tentang keadaan atau kelakauan yang dinyatakan dengan sepatah atau beberapa patah kata.
b.      Peribahasa , yaitu kalimat lengkap yang mengungkapkan keadaan atau kelakuan seseorang dengan mengambil perbandingan dengan alam sekitar.
c.       Tamsil, yaitu seperti perumpamaan tetapi dikuti bagian kalimat yang menjelaskan.
d.      Ibarat, yaitu seperti perumpamaan dan tamsil tetapi diikuti bagian yang menjelaskan yang berisi perbandingan dengan alam.
e.       Pepatah, yaitu kiasan tetap yang dinyatakan dalam kalimat selesai.
f.       Pemeo, yaitu ucapan yang terkenal dan diulang-ulang, berfungsi sebagai semboyan atau pemacu semangat.

  1. Pantun
Pantun ialah puisi lama yang terikat oleh syarat-syarat tertentu (jumlah baris, jumlah suku kata, kata, persajakan, dan isi).
Ciri-ciri pantun adalah
a.       Pantun terdiri dari sejumlah baris yang selalu genap yang merupakan satu kesatuan yang disebut bait/kuplet.
b.      Setiap baris terdiri dari empat kata yang dibentuk dari 8-12 suku kata (umumnya 10 suku kata).
c.       Separoh bait pertama merupakan sampiran (persiapan memasuki isi pantun), separoh bait berikutnya merupakan isi (yang mau disampaikan).
d.      Persajakan antara sampiran dan isi selalu paralel (ab-ab atau abc-abc atau abcd-abcd atau aa-aa)
e.       Beralun dua

Berdasarkan bentuk/jumlah baris tiap bait, pantun dibedakan menjadi
a.       Pantun biasa, yaitu pantun yang terdiri dari empat baris tiap bait.
b.      Pantun kilat/karmina, yiatu pantun yang hanya tersusun atas dua baris.
c.       Pantun berkait, yiatu pantun yang tersusun secara berangkai, saling mengkait antara bait pertama dan bait berikutnya.
d.      Talibun, yaitu pantun yang terdiri lebih dari empat baris tetapi selalu genap jumlahnya, separoh merupakan sampiran, dan separho lainnya merupakan isi.
e.       Seloka, yaitu pantun yang terdiri dali empat baris sebait tetapi persajakannya datar (aaaa).
Berdasarkan isinya, pantun dibedakan menjadi
a.       Pantun anak-anak
-          pantun bersuka cita
-          pantun berduka cita
b.      Pantun muda
-          pantun perkenalan
-          pantun berkasih-kasihan
-          pantun perceraian
-          pantun beriba hati
-          pantun dagang
c.       Pantun tua
-          pantun nasehat
-          pantun adat
-          pantun agama
d.      Pantun jenaka
e.       Pantun teka-teki

  1. Gurindam
Gurindam adalah puisi lama yang terdiri dari dua baris satu bait, kedua lariknya merupakan kalimat majemuk yang selalu berhubungan menurut hubungan sebab-akibat. Baris pertama merupakan syaratnya sedangkan baris kedua merupakan jawabannya. Gurindam berisi petuah atau nasehat. Gurindam muncul setelah timbul pengaruh kebudayaan Hindu.

  1. Syair
Kata syair berasal dari bahasa Arab syu’ur yang artinya perasaan. Syair timbul setelah terjadinya pengaruh kebudayaan islam. Puisi ini terdiri dari empat baris sebait, berisi nasehat, dongeng, dan sebagian besar berisi cerita. Syair sering hanya mengutamakan isi.
            Ciri-ciri syair
a.       terdiri dari empat baris
b.      tiap baris terdiri dari 4-5 kata (8-12 suku kata)
c.       persamaan bunyi atau sajak akhir sama dan sempurna
d.      tidak ada sampiran, keempatnya merupakan isi
e.       terdiri dari beberapa bait, tiap bait berhubungan
f.       biasanya berisi cerita atau berita.

  1. Prosa liris (kalimat berirama)
Prosa liris adalah prosa yang di dalamnya masih terdengar adanya irama.

  1. Puisi-puisi Arab
Bentuk-bentuk puisi Arab adalah
a.    Masnawi, yaitu puisi lama yang terdiri dari dua baris sebait (sama dengan disthikon).  Skema persajakannya berpasangan aa,bb,cc, … dan seterusnya) dan beiri puji-pujian untuk pahlawan.
b.   Rubai, yaitu puisi lama yang terdiri dari empat baris sebait (sama dengan kuatrin). Skema persajakannya adalah a-a-b-a dan berisi tentang nasihat, puji-pujian atau kasih sayang.
c.    Kit’ah, yaitu puisi lama yang terdiri dari lima baris sebait (sama dengan quin).
d.   Gazal, yaitu puisi lama yang terdiri dari delapan baris sebait (sama dengan stanza atau oktaaf).
e.    Nazam, yaitu puisi lama yang terdiri dari duabelas baris sebait.

Di samping yang sudah disebutkan di atas, ada beberapa bentuk lain yang perlu dikenal walaupun sebenarnya tidak murni berasal dari Sastra Melayu. Bentuk-bentuk tersebut adalah
1.      Kaba
Adalah jenis prosa lirik dari sastra Minangkabau tradisional yang dapat didendangkan. Biasanya orang lebih tertarik pada cara penceritaan daripada isi ceritanya. Kaba termasuk sastra lisan yang dikisahkan turun temurun. Contohnya adalah cerita Sabai nan Aluih.

2.      Kakawin
Adalah sejenis puisi yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuno dan yang mempergunakan metrum dari India (Tambo). Berkembang pada masa Kediri dan Majapahit. Penyairnya disebut kawi. Contohnya Ramayana, Arjunawiwaha, dan negarakertagama.

3.      Kidung
Jenis puisi Jawa Pertengahan yang mempergunakan persajakan asli Jawa.

4.      Parwa
Adalah jenis prosa yang diadaptasi dari bagian-bagian epos dalam bahasa sanskerta dan menunjukkan ketergantungannya dengan kutipan-kutipan dari karya asli dalam Bahasa Sanskerta. Kutipan-kutipan tersebut tersebar di seluruh teks parwa yang biasanya berbahasa Jawa Kuno.

5.      Cerita Pelipur Lara
Sejenis sastra rakyat yang pada mulanya berbentuk sastra lisan. Cerita jenis ini bersifat perintang waktu dan menghibur belaka. Kebanyakan menceritakan tentang kegagahan dan kehebatan seorang ksatria tampan yang harus menempuh seribu satu masalah dalam usahanya merebut putri cantik jelita yang akan dipersunting. (Hampir sama dengan hikayat).



DAFTAR PUSTAKA

Belang, Mia. Dkk. 1992. Pelajaran Bahasa Indonesia. Klaten : Intan Pariwara.
Dipodjojo, Asdi S. 1986. Kesusasteraan Indonesia Lama pada Zaman Pengaruh Islam. Yogyakarta : Percetakan Lukman.
Djamaris, Edwar. 1984. Menggali Khazanah Sastra Melayu Klasik (Sastra Indonesia Lama). Jakarta : Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan daerah.
Hartoko, Dick dan B. Rahmanto. 1986. Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta : Kanisius.
Hendy, Zaidan. 1991. Pelajaran Sastra 1. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.
Suparni. 1987. Bahasa dan Sastra Indonesia Berdasarkan Kurikulum 1984. Bandung : Aditya.

Share:

Morfem, Morf, Alomorf, dan Formatif

Morfem, Morf, Alomorf, dan Formatif

Morfem adalah satuan-satuan bahasa terkecil yang bermakna yang bersifat arbiter, yang berarti hubungan bunyi dari suatu morfem dengan maknanya sama sekali bersifat konvesional, bukan berakar pada objek yang diwakilinya.
Akmajian dkk. (1984 : 58) menyatakan bahwa morfem adalah satuan terkecil dari pembentukan kata dalam suatu bahasa yang tidak dapat diuraikan lebih lanjut ke dalam bagian-bagian yang bermakna atau yang dapat dikenal.

             Menurut Bauer (1987 : 13-17), satuan-satuan dasar analisis yang dikenal daalm morfologi adalah morfem. Morfem dapat didefinisikan sebagai satuan minimal dari analisis gramatikal. Morfem adalah unsure abstrak dari analisis, dan apa yang sesungguhnya terjadi adalah dalam bentuk fonetis (atau ortografis) yang mewakili morfem. Apabila untaian fonetis (atau ortografis) yang merelisasikan morfem dapat dipilah-pilah, maka bagian-bagian itu diistilahkan morf. Dalam bentuk un.touch.able.s. Morf dapat didefinisikan sebagian bagian atau ruas dari bentuk kata yang mewakili suatu morfem tertentu.
            Alomorf adalah konsep dasar ketiga yang diperlukan untuk analisis morfologis. Varian morfem jamak ditentukan oleh leksem : ditentukan secara leksikal. Alomorf adalah anggota dari himpunan morf yang mewakili morfem khusus yang ditentukan secara fonetis, leksikal, atau gramatikal. Konsep formatif adalah konsep yang jauh lebih luas dari konsep-konsep lainnya.



Akar Kata, Stem, dan Basis
            Akar kata, stem, dan basis adalah istilah-istilah yang digunakan daalm literatur untuk menunjukkan bagian kata yang tersisa ketika semua afiks telah dikeluarkan. Akar kata adalah suatu bentuk yang tidak dapat dianalisis lebih lanjut, apakah dalam kaitannya dengan morfologi derivasional maupun morfologi inflesional.
Akar kata adalah bagian suatu bentuk kata yang tersisa apabila semua afiks infleksional dan derivasional dibuang. Akar kata adalah bagian mendasar yang selalu hadir dalam suatu leksem. Basis adalah suatu bentuk yang kepadanya afiks ditambahkan afiks apa saja.
Share:

Macam-macam Verba

Macam-macam Verba

Berikut ini adalah beberapa macam verba yang terdapat dalam bahasa indonesia : 

1. Verba Dasar
            Verba dasar adalah verba yang berupa morfem dasar bebas.
            Contohnya :
·         Mereka sedang duduk.
·         Dia sedang mandi.
·         Dia baru saja tidur.
2. Verba Turunan
            Verba turunan adalah verba yang telah mengalami proses morfologi ataupun gramatikalisasi, afiksasi, reduplikasi, dan komposisi.
Verba turunan terdiri dari verba berafiks, verba bereduplikasi, verba berkonyugasi, verba berkomposisi.
Contohnya :    Verba Berafiks
·         Kematian ibunya membuat dia sangat terpukul.
·         Dia telah kehilangan kedua orang tuanya.
·         Dia tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolong adiknya.

Verba Berduplikasi
·         Seharian ini hanya marah-marah saja kerjanya.
·         Dia tidak pulang-pulang dari kemarin sore.
·         Dia sedang membaca sebuah cerpen.

Verba Berkonyugasi
·         Dia bernyanyi-nyanyi kecil dikamarnya.
·         Dia hanya tersenyum-senyum mendapat pujian itu.
·         Dia bernyanyi sambil berteriak-teriak.

Verba Berkomposisi
·         Dia berjalan kaki kekampus.
·         Dia ketoko itu hanya untuk cuci mata saja.
·         Para buruh bangunan sedang berunjuk rasa didepan kantor DPR.
3. Verba Intransitif
            Verba Intransitif  adalah verba yang tidak membutuhkan objek.
            Contohnya :
·         Mereka tidak berbicara.
·         Mereka tidak pulang.
·         Mereka belum bangun.
4. Verba Transitif
            Verba Transitif  adalah verba yang membutuhkan objek. Verba transitif terdiri dari verba monotransitif, verba dwitransitif, dan verba ditransitif.
Contohnya :   Verba Monotransitif
·         Saya menulis surat.
·         Dia membaca puisi.
·         Dia gemar bermain (play station).

Verba Dwitransitif
·         Ibu memberi adik kue.
·         Dia mengirimi saya sepucuk surat.
·         Dia menghadiahi baju untuk temannya.

Verba Ditransitif
·         Dia tidak tidur semalam suntuk.
·         Dia duduk didepan rumahnya.
·         Dia rajin membaca (buku).
5. Verba Aktif
            Verba aktif adalah verba yang subjeknya berperan sebagai pelaku atau penanggap. Umumnya verba aktif  berprefiks meN-, ber-, atau tanpa perefiks.
            Contohnya :
·         Ibu sedang menasehati kami.
·         Kakak membuatkan adik kue.
·         Penyanyi itu menyanyikan sebuah lagu yang sangat bagus.
6. Verba Pasif
            Verba pasif  adalah verba yang subyeknya berperan sebagai penderita, sasaran, atau hasil. Verba pasif umumnya ditandai dengan prefiks -di atau .
            Contohnya :
·         Dia dipukul ayahnya karena nakal.
·         Kaki adik terinjak kakak.
·         Kemarin dia kehujanan ketika pulang dari rumah pamannya
7. Verba Antiaktif
            Verba antiaktif adalah verba pasif yang tidak dapat diubah menjadi verba aktif, dan subjeknya merupakan penanggap (yang merasakan, menderita, mengalami).
            Contohnya :
·         Amin kena pukul ibunya.
·         Saya kena marah tadi.
·         Kakak kecopetan tadi di bis.
8. Verba Antipasif
            Verba antipasif adalah verbayang tidak dapat diubah menjadi verba pasif.
            Contohnya :
·         Anak itu haus akan kasih sayang orang tuanya.
·         Dia benci terhadap ketidak adilan.
·         Pak tani bertanam singkong.
9. Verba Resiprokal
            Verba resiprokal adalah verba yang menyatakan perbuatan yang dilakukan oleh dua pihak, dan perbuatan tersebut dilakukan dengan saling berbalasan.
            Contohnya :
·         Mereka saling berpegangan tangan.
·         Meraka saling memukul.
·         Kita harus saling tolong-menolong.
10. Verba Nonresiprokal
            Verba nonresiprokal adalah verba yang tidak menyatakan perbuatan yang dilakukan oleh dua pihak dan saling berbalasan.
            Contohnya :
·         Ibu itu sedang mencari anaknya yang hilang.
·         Dia berlari kencang karena dikejar anjing.
·         Dia menangis karena kesakitan.
11. Verba Reflektif
Verba reflektif adalah verba yang kedua argumennya mempunyai referen yang sama. Verba reflektif mempunyai dua bentuk, yaitu yang berprefiks ber-, dan yang nominanya berpadu dengan prefiks tersebut, dan yang berprefiks meN-, bersufiks –kan, -an, berobjek diri.
Contohnya :    yang berprefiks ber-
·         Dia sedang berjemur di pantai.
·         Dia sedang berdandan.
·         Dia sedang bercermin
Yang berprefiks meN-, bersufiks –kan, dan berobjek diri.
·         Dia melarikan diri dari rumahnya.
·         Dia membaringkan dirinya di tempat tidurnya.
·         Dia selalu merendahkan dirinya kalau berbicara.
12. Verba Nonreflektif
            Verba nonreflektif adalah verba yang kedua argumennya mempunyai referen yang berlainan, verba nonreflektif dapat dibedakan atas verba kopulatif dan verba ekuatif.
13. Verba Kopulatif
Verba kopulatif adalah verba yang mempunyai potensi untuk ditinggalkan tanpa mengubah konstruksi predikatif yang bersangkutan. 
            Contohnya :
·         Dia merupakan sosok pemimpin yang bertanggung jawab.
·          Dia adalah puteri ketiga pak Budi.
14. Verba Akuatif
            Verba Akuatif adalah verba yang mengungkapkan ciri salah satu argumennya.
            Contohnya :
·         Anggota rapat tersebut berjumlahkan dua puluh orang.
·         Jumlah anggota kelompok tersebut bertambah satu orang.
·         Keluarga ideal terdiri dari seorang ibu, dua orang anak, dan ayah.
15. Verba Telis dan Verba Atelis
Verba telis mgenyatakan bahwa perbuatan tuntas atau bersasaran, seadangkan verba atelis menyatakan bahwa perbuatan belum tuntas, atau brlum selesai.
Contohnya :
·         Pak tani menanam padi.
Pak tani bertanam padi.
·         Ia menukar pakaian itu.
Ia bertukar pakaian itu.
16. Verba Performatif
            Verba performatif adalah verba dalam kalimat yang secara langsung mengungkapkan pertuturan yang dibuat pembicara pada waktu mengujarkan kalimat.
            Contohnya :
·         Dia telah berjanji akan datang kerumah pamannya.
·         Dia telah mengucapkan sumpah itu.
·         Sejak kecil, kita harus menanamkan sikap rasa peduli terhadap sesama.
17. Verba Konstalatif
            Verba konstalatif adalah verba dalam kalimat yang menyatakan atau mengandung gambaran tentang suatu peristiwa.
            Contohnya :
·         Dia menembaki rusa itu.
·         Dia menulis sepucuk surat.
·         Dia membaca sebuah majalah.
18. Verba Deverbal
            Verba deverbal adalah verba turunan yang bentuk dasarnya berupa kata kerja.
            Contohnya :
·         Dia membaca komik itu sampai larut malam.
·         Danu mencubit Budi hingga terluka.
·         Budi meminum minuman itu hingga ia tak sadarkan diri.
19. Verba Denominal
Verba denominal adalah verba turunan yang bentuk dasarnya berupa kata benda.
Contohnya :
·         Kehadirannya sangat berguna bagi semua orang.
·         Dia berkata dengan jujur.
·         Tutur bahasa menggambarkan kepribadian seseorang.
20. Verba Deadjektival
            Verba deadjektival adalah verba turunan yang bentuk dasarnya berupa kata sifat.
            Contohnya :
·         Dia datang menepati janjinya.
·         Kata-kata selalu menghinaku.
·         Rasa sayang seorang ibu terhadap anaknya takkan pernah memudar sampai kapanpun.
21. Verba Deadverbial
            Verba deadverbial adalah verba turunan yang bentuk dasarnya berupa kata keterangan.
            Contohnya :
·         Dia selalu bersungguh-sungguh dalam segala hal.
·         Berdasarkan bukti-bukti yang diberikan dapat memungkinkan dia sebagai tersangka pembunuhan berantai itu.
·         Dia dapat menyelesaikan tugas itu dengan baik.
22. Verba Denumeralial
            Verba denumeralial adalah verba turunan yang bentuk dasarnya berupa kata bilangan.
            Contohnya :
·         Keluarganya telah menyatu kembali setelah lama berpisah.
·         Dia datang berdua dengan temannya.
·         Dia duduk deretan kelima sebelah kanan.
23. Verba Depreposisional
            Verba depreposisional adalah verba turunan yang bentuk dasarnya berupa kata depan.
            Contohnya :
·         Dia sedang mendalami ilmu mikrobiologi.
·         Dia dapat mengatasi berbagai kendala dalam belajar.
·         Kita harus mengedepankan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.
24. Verba Pronominal
            Verba pronominal adalah verba turunan yang bentuk dasarnya berupa kata ganti.
            Contohnya :
·         Mengapa dia tidak mengaku saja atas perbuatannya itu ?
25. Verba Introgatival
            Verba introgatival adalah verba turunan yang bentuk dasarnya berupa kata tanya.
            Contohnya :
·         Mengapa hukum di Indonesia dapat dibeli ?
Share: