Landasan Pendidikan

Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar

 Makalah

Pendahuluan
Latar Belakang        
Proses pembelajaran selalu saja dihindapi oleh setiap siswa dalam lingkungan sekolah. Dalam kehidupan sehari-hari banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar. Penyebab kesulitan belajar juga perlu dipahami, karena dengan pengetahuan tersebut dapat dilakukan dengan usaha-usaha preventif maupun kuratif. Dan guru sangat berperan penting dalam mendidik anak yang berkesulitan belajar.
Keragaman definisi kesulitan belajar membawa keragaman pula dalam orientasi filosofis tentang identifikasi dan pengajaran bagi anak berkesulitan belajar dengan demikian identifikasi anak berkesulitan belajar akan sangat bergantung kepada definisi, orientasi, dan prosedur evaluasi yang digunakan. Akibatnya banyak prosedur identifikasi dan metode pengajaran yang digunakan untuk anak berkesulitan belajar
Oleh karena itu, para calon guru bagi anak berkesulitan belajar perlu lebih dahulu memahami hakikat kesulitan belajar sebelum melakukan pengkajian yang lebih mendalam tentang pendidikan mereka. Dan guru memiliki pengetahuan teoritik yang dapat digunakan sebagai bekal dalam menciptakan strategi pembelajaran yang tidak hanya efektif untuk membangun kepribadian yang sehat pada anak. Sebagai upaya untuk membekali calon guru dengan pengetahuan semacam itu maka dimakalah ini akan dibahas tentang pendidikan bagi anak berkesulitan belajar.


BAB I
Macam-Macam Kecerdasan (Multiple Intelegence )
 
Setiap manusia yang dilahirkan di muka bumi memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda. Tingkat kecerdasan itu bukan karena bawaan dari kedua orang tuanya, tetapi lebih dikarenakan karena individu itu sendiri. Seorang anak yang orang tuanya bergelar Prof. bila tidak gigih untuk belajar maka dengan sendirinya kecerdasan itu tidak terlahir sendiri. Membutuhkan proses pembelajaran didalamnya. Dr. Howard Gardner mengembangkan teori macam-macam kecerdasan yang digunakan manusia untuk memecahkan masalahnya. tujuan kita sebagai guru dimasa depan  adalah mengenalkan/mempertunjukkan/menjelaskan kepada siswa sebagai macam cara kegiatan/aktivitas belajar.

1.      Kecerdasan Berbahasa(Linguistic Intelegence).
Kemampuan seseorang untuk memahami serta menggunakan bahasa dengan mudah, mampu berpikir logis, anilis dan berurutan. Mereka gemar membaca, menulis, mengingat informasi (walaupun hal yang remeh), berbicara dan membuat kosa-kata (mereka sangat pandai mengeja). Pada saat berlangsungnya proses belajar dan mengajar, seorang pendidik yang memliki kecerdasan berbahasa,  siswa  suka dengan guru tersebut dan merasa nyaman.

2.      Kecerdasan Matematis-Logis (Logical-Mathematical Intelegence).
kemampuan menggunakan angka dan konsep matematik dengan mudah. Mereka memahami penjelasan abstrak dan sering tertarik pada IPA. Siswa pada benda yang  bergerak, mereka suka pada permainan, teka-teki, komputer dan dapat mengenali pola dan sering mempunyai cara yang tak biasa dalam memecahkan masalah, walaupun mereka tak dapat menjelaskan cara bekerja.

3.      Kecerdasan Spasial-Visual (Visual-Spasial Intelegence)
kemampuan mengerti hubungan antara bentuk dan gambaran dalam berbagai ruang/bidang yang berbeda. Siswa yang memiliki kecerdasan visual dapat dengan mudah menggambarkan secara artistik atas apa yang mereka lihat. lebih terampil dalam membongkar dan memasang kembali barang-barang. Kebanyakan diantara mereka mencoret-coret dan menggambar setiap waktu dan membuat gambar multi-dimensi. Mereka sangat menguasai arah dan mudah memahami peta. Siswa yang memiliki kekuatan dalam bidang kecerdasan spasial visual memiliki potensi yang besar untuk sukses dalam penemuan teknologi.
4.      Kecerdasan Ritmis-Musikal (Musical-Rhytmic Intelegence)
Kecerdasan ritmis musikal perihal pemahaman yang sangat baik terhadap irama, baik dengan stik, pensil, kayu atau apa saja. Seorang siswa yang memiliki kecerdasan ritmis musikal merasa senang menyanyi, bersenandung sambil bekerja. Mereka mempunyai kesadaran akan keriuhan suasana dan bunyi lebih peka dari lainnya. Mereka mempunyai kemampuan untuk mengimprovisasikan atau membuat aransir baru untuk sepotong lagu.
5.      Kecerdasarn Kinestik-Tubuh (Bodily-Kinesthetic Intelegence)
Orang yang memiliki kecerdasan Kinestetik-tubuh dapat bergerak dengan anggun, kuat dan lentur. Mereka menikmati latihan badan dan menjaga fisiknya dengan baik. membutuhkan kesempatan untuk sering bergerak, dan biasanya mereka menyukai permainan yang menggunakan gerakan. sangat cakap dalam memanipulasi obyek dan oke dalam ketrampilan. kiranya dapat menirukan gerakan, tingkah laku maupun mimik orang lain
6.      Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal Intelegence).
Bilamana kecerdasan Interpesonal terdapat pada seseorang maka dia berbakat menjaadi pemimpin kita masa kini dan masa depan. Hubungan kerja sama dengan banyak orang bisa dilakukan oleh pribadi ini , ia mudah mengerti dan menanggapi mood dan perasaaan orang. Sayangnya terkadang bakat ini tidak digunakan dalam hal yang positif, banyak pemimpin jahat yang memiliki kemampuan ini.
7.      Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal Intelegence)
Seseorang memiliki Kecerdasan Intrapersonal memahami dirinya lebih baik dari orang lain. Mereka sangat termotivasi dengan tujuannya dan tidak terlalu perduli dengan apa yang orang lain pikir mengenai terhadap pribadadinya. Mereka dapat belajar dengan baik bila mereka dapat menghubungkan apa yang mereka ingin pelajari dengan apa yang telah ada dalam ingatannya.
8.      Kecerdasan Naturalis (Naturalist Intelegence)
Orang dengan kecerdasan ini memiliki pengetahuan yang mengagumkan mengenai alam, seperti flora dan fauna, mempunyai kemampuan dan kepekaan bagaimana suatu benda dapat dimasukkan ke suatu kategori (walaupun benda tersebut tidak termasuk benda alami). Mereka senang ikan, kebun, memasak dan sangat teliti dalam mengamati apa yang menjadi perhatiannya.






BAB II
PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR
1.      Definisi
Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari istilah bahasa English yaitu learning disability. Dan merupakan konsep multidispliner yang digunakan di lapangan ilmu pendidikan. Psikologi maupun ilmu kedokteran.
Pada tahun 1963 samuel. A. Kirt untuk pertama kali menyarankan pernyataan nama gangguan anak seperti disfungsi otak minimal (minimal brain dysfunction), gangguan neurologis (neurological disorders), disleksia (dyslexia) dan afasia perkembangan (developmental aphasia), menjadi satu nama, kesulitan belajar (learning disabilities)              (takeshi fujishima et al, 1992 : 26 )
Kesultian belajar khusus adalah suatu gangguan dalam satu ataulebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan belajar ujaran atau tulisan.gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau berhitung.  Batasan tersebut mencakup kondisi-kondisi seperti gangguan perceptual, luka pada otak, disleksia, dan afasia perkembangan. Batasan tersebut tidak mencakup anak-anak yang memiliki problema belajar yang penyebab utamanya berasal dari adanya hambatan dalam penglihatan, pendengaran, atau motorik, hambatan karena tunagrahita, karena gangguan emosional, atau karena kemiskinan lingkungan, budaya atau ekonomi.
2.      Prelevansi
Perkembangan ( jumlah penderita penyakit tertentu) erat dengan definisi yang digunakan. Oleh terkait itu tiap peneliti mengemukakan data prevalensi anak usia sekolah yang berkesulitan belajar membentu suatu rentangkan dari 1 % hingga 30 %  ( Lerner 1981 : 15 ) Hallahan aufman & Lioyd, 1985 : 15)
Ada yang menyatakan rentangannya dari 2 % hingga 30 % ( Lovitt 1989 : 17 ). Hasil penelitian terhadap 3.215 murid kelas 1 hingga kelas 6 SD DKI Jakarta menunjukkan bahwa terdapat 16,52 % yang oleh guru dinyatakan sebagai murid berkesulitan belajar ( Mulyono Abdurahman & Nafisah Ibrahim ).
Menurut Lerner (1985 : 18), ada lima alasan yang menyebabkan kenaikan kesulitan belajar, yaitu
1.Peningkatan prosedur identifikasi dan asesmen anak kesulitan belajar.
2.Persyaratan yang longgar untuk menentukan anak kesulitan belajar.
3.Orang tua dan guru lebih menyukai klasifikasi kesulitan belajar dari pada klasifikasi lain.
4.Penurunan biaya program PLB yang segragatif dan peningkatan biaya program PLB yang intergratif, dan
5.Adanya evaluasi ulang terhadap anak-anak yan pada mulanya dinyatakan sebagai anak tunagrahita.
           
3.      Klasifikasi
Secara garis besar kesulitan belajar dapat diklasifikasikan  ke dalam 2 kelompok yaitu ;
a.       Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan (developmental learning disabilities) mencakup gangguan motorik & persepsi, kesulitan belajar bahasa komunikasi, dan kesulitan belajar dalam penyesuaian prilaku sosial.
b.      Kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities)
Menunjuk pada adanya kegagalan – kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Contohnya kegagalan penguasaan keterampilan dalam membaca, menulis atau matematika.
            Salah satu kemampuan dasar yang umumnya dipandang paling penting dalam kegiatan belajar adalah kemampuan untuk memusatkan perhatian yang disebut perhatian selektif. Perhatian selektif adalah kemampuan untuk memilih salah satu diantara sejumlah rangsangan seperti rangsanga auditif, taktil, visual, dan kinestetik yang mengenai manusia setiap saat.

4.      Penyebab kesulitan belajar
a.       Faktor internalnya yaitu ; kemungkinan adanya disfungsi neurologis
b.      Faktor eksternal ; penyebab poblema belajar yaitu strategi pembelajaran yang keliru, pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar anak dan pemberian ulangan yang tidak tepat
Berbagai faktor yang menyebabkan disfungsi neurologis yang pada gilirannya yang dapat menyebabkan kesulitan belajar antara lain adalah, (1) faktor genetik, (2) luka pada otak, (3) biokimia yang hilang (biokimia yang mengfungsikan sistem saraf), (4) biokimia yang dapat merusak otak (misalnya zat pewarna makanan), (5) pencemaran lingkungan, (6) gizi yang tidak memadai, dan (7) pengaruh-pengaruh psikologis dan sosial yang merugikan perkembangan.



BAB III
PERPEKTIF TEORITIK PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR
1.      Peranan teori dalam Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar
Tujuan ilmu adalah untuk membentuk teori. Teori adalah sekumpulan bangunan pengeritan atau konsep, definisi, dan dalil yang saling terkait, yang memungkinkan terbentuknya suatu gamabaran sistematik tentang fenomena dengan menjelaskan hubungan antarberbagai variable, dengan tujuan menjelaskan dan meramalkan fenomina tersebut (Kerlinger, 1973 : 9).
Menurut Jujun S. Suriasumantri (1984: 94), ilmu dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu ilmu murni dan ilmu terapan. Berbeda dari ilmu terapan yang diarahkan langsung untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, ilmu murni umumnya belum dapat digunakan untuk memecahkan masalah seperti itu. Dan menurutnya, ilmu pendidikan merupakan ilmu terapan yang mengaplikasikan tiga ilmu sosial murni psikologi, sosiologi, dan antropologi.
2.       Pelayanan Pengajaran Remedial bagi Anak Berkesulitan Belajar
Pengajaran remedial (remedial teaching)  belajar dari konsep belajar tuntas (mastery learning), yang ditandai oleh sistem pembelajaran  dengan menggunakan modul. Sebelum pengajaran remedial diberikan, guru lebih dahulu menegakkan diagnosis kesulitan belajar yaitu, (1) identifikasi, (2) lokalisasi letak dan penyebab kesulitan (3) memperkirakan kemungkinan bantuan (4) menetapkan kemungkina cara mengatasi kesulitan dan (6) tindak lanjut.
Menurut Samuel A. Kirk  (1986: 265), prosedur diagnosis mencakup lima langkah yaitu (1) menentukan potensi atau kapasitas anak, (2) menentukan taraf dalam bidang studi yang memerlukan pengajaran remedial, (3) menentukan gejala kegagalan dalam satu bidang studi, (4) mengalisis faktor-faktor yang terkait, dan (5) menyusun rekomendasi untuk pengajaran remedial.
3.      Hubungan Antara Pendidikan Luar Biasa dengan Pendidikan pada Umumnya
Pendidikan luar biasa (PLB) bukan pendidikan yang secara keseluruhan berbeda dalam pendidikan pada umumya. Jika kadang-kadang diperlukan pelayanan yang terpaksa memisahkan anak luar biasa daripada anak-anak lain pada umumnya, hendaknya dipandang sebagai hanya untuk keperluan pembelajaran (instruction) dan bukan keperluan pendidikan





BAB IV
ARESMEN DAN PENYUSUNAN POGRAM PENDIDIKAN INDIVIDUAL
1.      Hakikat Asesmen
Asesmen adalah suatu proses pengumpulan informasi tentang anak berkesulitan belajar yang akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan pogram pembelajaran dan keputusan yang berhubungan dengan anak tersebut (Lerner, 1988:54). Asesmen dilakukan untuk lima keperluan yaitu penyaringan ( secreening ), pengalihtanganan ( referral) klasifikasi ( classification ), perencanaan pembelajaran          ( instructional Planing ) dan pemantauan kemajuan belajar anak (monitoring pupil progress).
Untuk memperoleh informasi asesmen dapat dilakukan melalui wawancara, observasi, pengukuran informal dan penggunaan tes baku formal.
2.      Program pendidikan individual
adalah suatu bentuk pelayanan PLB bagi anak berkesulitan belajar dalam pogram ini hendaknya membuat lima pernyataan, yaitu penyataan tentang :
1.      Taraf kemampuan anak
2.      Tujuan pembelajaran umum ke khusus
3.      Mengikuti program regular
4.      Proyeksi kapan dimulainya kegiatan
5.      Prosedur evaluasi dan kriteria keberhasilan program
Salah satu bentuk pelayanan PLB bagi anak berkesulitan belajar adalah program pendidikan yang diindividualkan (Individualized Education Program). Suatu PPI umumnya dikembangkan oleh guru PLB  yang bertugas di sekolah biasa. Sebelum digunakan PPI terlebih dahulu dan dievaluasi kelayakannya oleh suatu tim yang disebut TP-3I (Tim Penilai Program Pendidikan Individual). Tim tersebut biasanya beranggotakan : (1) guru PLB yang memiliki keahlian khusus,(2) guru reguler, (3) kepala sekolah, (4) orang tua, (5) ahli anak (dokter/psikolog), (6) anak itu sendiri kalau mungkin.
Menurut Kitano dan Kirby (1986 : 160), ada lima langkah utama dalam merancang suatu PPI yaitu :(1) membentuk Tim PPI atau TP3I, (2) menilai kebutuhan anak, (3) mengembangkan tujuan jangka panjang dan jangka pendek, (4) merancang metode dan prosedur pencapaian tujuan, (5) menentukan metode evaluasi untuk menentukan kemajuan anak.



BAB V
ASPEK MEDIS DARI KESULITAN BELAJAR
1.Manfaat Informasi Medis bagi Guru
Ada Lima manfaat informasi media bagi guru yaitu;
1.      Guru dapat lebih memahami bahwa belajar merupakan suatu proses neurologi yang terjadi di dalam otak.
2.      Dapat menyadari bahwa dokter spesialis sering memberikan sumbangan baik  pada asesmen maupun pemecahan masalah belajar.
3.      Dapat mengintepretasikan laporan medis tentang anak dan mendiskusikan temuan – temuannya dengan dokter dan orang tua.
4.      Dapat memahami bahwa beberapa kesulitan belajar ditemukan karena kemajuan teknologi kedokteran.
5.      Penemuan – penemuan ilmiah tentang otak menausia dan belajar dapat meningkatkan pemahaman guru tentang hakikat kesulitan belajar.
2.Terminologi Medis
Dokter spesialis umumnya lebih menyukai untuk menggunakan terminology DMO (disfungsi minimal otak) atau MBD (minimal brain dysfunction). Kriteria diagnostic untuk anak yang memiliki ganguan kekurangan perhatian dengan hiperktivitas (attention deficit disorder with hyperactivity) adalah kurang perhatian, impulsif , hiperaktivitas
Peranan berbagai spesialis ilmu kedokteran dalam penanggulanagan kesulitan belajar.
1.      Pediatri
Adala suatu ilmu kedokteran yang berhubungan dengan kesehatan anak. Peran dokter disini adalah mempunyai aspek psikososial maupun bilogis dari kesejahteraan anak.
2.      Neurologi
Adalah cabang ilmu kedokteran yang berkaitan dengan penyakit saraf. Anak-anak kesulitan belajar umumnya ada gejala fungsi motorik atau neurologis yang minimal atau sangat ringan. Peran dokter disini adalah melakukan evaluasi perkembangan fungsi otak dan system saraf manusia.
3.      Otology
Cabang ilmu kedokteran yang berkaitan dengan kesehatan pendengaran. Selain itu anak kesulitan membaca seirng terkait dengan kemampuan melihat maka dari itu diantara mereka memerlukan pemeriksaan kesehatan dari seorang dokter spesialisnya.



4.      Optalmologi
Merupakan cabang ilmu kedokteran yang berkaitan dengan kesehatan penglihatan. Penglihatan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan membaca, maka pemeriksaan kesehatan sering diperlukan bagi anak yang berkesulitan belajar.
5.      Psikiatri
Adalah cabag ilmu kedokteran yang berkaitan dengan kesehatan mental, dan dokter spesialis di bidang psikiatri disebut psikiater.



BAB VI
PENANGGULANGAN MASALAH BELAJAR MELALUI PENDIDIKAN INTEGRATIF
1.      Pendidikan Integratif
Barbara Clark (1983:404) menginterprestasikan pendidikan intergratif sebagai pendidikan yang berupaya mengoptimalkan perkembangan fungsi kognitif, afektif,fisik dan intuitif secara terintegrasi. Beberapa integratif dapat ditafsirkan diantaranya. 1. Mengintegrasikan anak luar biasa dengan anak normal. Mengintegrasikan pendidikan luar biasa dengan pendidikan pada umumnya. 3. Mengintegrasikandan mengoptimalkan perkembangan kognisi, emosi, jasmani, dan intuisi. 4. Mengintegrasikan manusia sebagi makhluk individual yang sekaligus juga mahkluk sosial, 5. Mengintegrasikan antara apa yang dipelajari anak disekolah dengan tugas mereka di masa depan; 6. Mengintegrasikan antara pandangan hidup ( pancasila), agama, ilmu, dan seni.
Empat alasan perlu adanya pendidikan intergratif di tiap sekolah diantaranya ; 1. Alasana keilmuan, 2. Alasan filosofi, 3. Alasan eknomi, 4. Alasan fleksibilitas kurikulum LPTK.  Pendidikan tidak hanya serangkaian pencapaian tujuan pembelajaran yang dapat diukur dan diamati tetapi juga mencakup upaya menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan teraktualisasikannya semua potensi manusia secara optimal dan teringrasi. Sejak tahun 1992/1993 Direktorat pendiditingan Tinggi telah memberlakukan kurikulum yang deikenal dengan kurikulum fleksibel di LPTK seluruh Indonesia. 
2.      Interaksi Koperatif Dalam Kegiatan Pembelajaran
Johnson dan Johnson (1984:10) ada empat elemen dasar pembelajaran koperatif diantaranya ; 1. Saling ketergantungan positif, 2. Interaksi tatap muka, 3. Akuntabilitas, 4. Keterampilan menjalin hubungan interpersonal. Saling ketergantungan positif (positive interdependence) dapat dicapai melalui saling ketergantungan tujuan (goal interdependence), saling ketergantungan sumber belajar (resource interdependence) dan saling ketergantungan hadiah (reward interdependence) merupakan koperatif seorang guru dalam mengajar dan merupakan saling ketegantungan positif.
Pembelajaran koperatif wujud konkretnya berupa belajar kelompok. Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, bersikapsopan terhadap teman, mengkritik ide orang lain, berani mempertahankan pikiran yang logis adalah hubungan interpersonal yang sengaja dilatih.
3.      Interaksi Kompetitif dalam kegiatan pembelajaran
Ada empat jenis interaksi kompetifif yang efektif diantaranya ; 1. Kompetisi antar individu yang berkemampuan seimbang, 2. Kompetisi antarkelompok yang berkekuatan relative sama, 3. Kompetisi dengan standar nilai minimum, 4. Kompetisi dengan diri sendiri. Dua prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dalam menggunakan interaksi kompetitif. Pertama kompetisi harus antar individu atau kelompok yang berkemampuan seimbang, dan kedua kompetisi hanya dilakukan untuk selingan yang menyenangkan, bukan kompetisi perjuangan hidup dan mati.
4.      Pembelajaran individualistic melalu modifikasi perilaku
Empat kateristik utama dalam pendekatan behavioral yaitu ; 1. Terfokus pada perilaku yang dapat diamati , 2. Asesmen yang cermat terhadap perilaku yang diubah atau dikembangkan, 3. Evaluasi terhadap pengaruh pogram pengubahan perilaku,4. Menekankan pada perubahan perilaku sosial yang bermakna (Alan E. Kazdin, 1980).
            Modifikasi perilaku adalah suatu bentuk srategi pembelajaran yang bertolak dari pendekatan behavioral (behavioral approach) dan menerapkan prinsip operant conditioning.


BAB VII PENUTUP
Kesimpulan
Proses pemebelajaran berlangsung dari usia dini hingga dewasa. Pada saat berlangsungnya proses tersebut tentu ada persoalan masalah yang tidak bisa dihindari mengingat setiap tingkat kecerdasan seseorang yang berbeda. Walaupun manusia diciptkan tuhan dengan frekuensi kecerdasan yang sama hanya saja proses pembelajaranya yang menentukan hal itu.
Sekolah merupakan tempat yang paling lama para siswa menghabiskan waktu. Begitu juga dengan proses pembelajaran yang diterapakan segalanya dibutuhkan sebuah komitmen yang tinggi, ini dikarenakan Pembelajaran pada usia dini faktor keberhasilan sangat ditentukan dari pola asuh. Diantaranya lingkungan dan dimana tempat dia bersekolah adalah hal utama dari semuanya. Seorang guru bisa dikatakan sukses dalam mendidik. Bilamana peserta didiknya itu mampu menerapakan apa saja yang telah dituangkan ketika berlangsungnya proses pembelajaran.


Daftar Pustaka

Winebrener, Susan. “Teaching Kids With Learning Difficulties in The Reguler Classroom”.
Walyo herman.


Share:

0 komentar:

Post a Comment